Sungguh berbeda Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan makhluk-Nya. Dia Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Lihatlah manusia, ketika ada orang meminta sesuatu darinya ia merasa kesal dan berat hati. Sedangkan Allah Ta’ala mencintai hamba yang meminta kepada-Nya. Sebagaimana perkataan seorang penyair:
الله يغضب إن تركت سؤاله وبني آدم حين يسأل يغضب
“Allah murka pada orang yang enggan meminta kepada-Nya, sedangkan manusia ketika diminta ia marah”
Ya, Allah mencintai hamba yang berdoa kepada-Nya, bahkan karena cinta-Nya Allah memberi ‘bonus’ berupa ampunan dosa kepada hamba-Nya yang berdoa. Allah Ta’ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi
:
يا ابن آدم إنك ما دعوتني ورجوتني غفرت لك على ما كان منك ولا أبالي
“Wahai manusia, selagi engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, aku mengampuni dosamu dan tidak aku pedulikan lagi dosamu” (HR. At Tirmidzi, ia berkata: ‘Hadits hasan shahih’)
Sungguh Allah memahami keadaan manusia yang lemah dan senantiasa membutuhkan akan Rahmat-Nya. Manusia tidak pernah lepas dari keinginan, yang baik maupun yang buruk. Bahkan jika seseorang menuliskan segala keinginannya dikertas, entah berapa lembar akan terpakai.
Maka kita tidak perlu heran jika Allah Ta’ala melaknat orang yang enggan berdoa kepada-Nya. Orang yang demikian oleh Allah ‘Azza Wa Jalla disebut sebagai hamba yang sombong dan diancam dengan neraka Jahannam. Allah Ta’ala berfirman:
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60)
Ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah Maha Pemurah terhadap hamba-Nya, karena hamba-Nya diperintahkan berdoa secara langsung kepada Allah tanpa melalui perantara dan dijamin akan dikabulkan. Sungguh Engkau Maha Pemurah Ya Rabb…
Berdoa Di Waktu Yang Tepat
Diantara usaha yang bisa kita upayakan agar doa kita dikabulkan oleh Allah Ta’ala adalah dengan memanfaatkan waktu-waktu tertentu yang dijanjikan oleh Allah bahwa doa ketika waktu-waktu tersebut dikabulkan. Diantara waktu-waktu tersebut adalah:
1. Ketika sahur atau sepertiga malam terakhir
Allah Ta’ala mencintai hamba-Nya yang berdoa disepertiga malam yang terakhir. Allah Ta’ala berfirman tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa, salah satunya:
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُون
“Ketika waktu sahur (akhir-akhir malam), mereka berdoa memohon ampunan” (QS. Adz Dzariyat: 18)
Sepertiga malam yang paling akhir adalah waktu yang penuh berkah, sebab pada saat itu Rabb kita Subhanahu Wa Ta’ala turun ke langit dunia dan mengabulkan setiap doa hamba-Nya yang berdoa ketika itu. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا ، حين يبقى ثلث الليل الآخر، يقول : من يدعوني فأستجيب له ، من يسألني فأعطيه ، من يستغفرني فأغفر له
“Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya. Kemudian berfirman: ‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan, orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan, orang yang meminta ampunan dari-Ku akan Kuampuni‘” (HR. Bukhari no.1145, Muslim no. 758)
Namun perlu dicatat, sifat ‘turun’ dalam hadits ini jangan sampai membuat kita membayangkan Allah Ta’ala turun sebagaimana manusia turun dari suatu tempat ke tempat lain. Karena tentu berbeda. Yang penting kita mengimani bahwa Allah Ta’ala turun ke langit dunia, karena yang berkata demikian adalah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam diberi julukan Ash shadiqul Mashduq (orang jujur yang diotentikasi kebenarannya oleh Allah), tanpa perlu mempertanyakan dan membayangkan bagaimana caranya.
Dari hadits ini jelas bahwa sepertiga malam yang akhir adalah waktu yang dianjurkan untuk memperbanyak berdoa. Lebih lagi di bulan Ramadhan, bangun di sepertiga malam akhir bukanlah hal yang berat lagi karena bersamaan dengan waktu makan sahur. Oleh karena itu, manfaatkanlah sebaik-baiknya waktu tersebut untuk berdoa.
2. Ketika berbuka puasa
Waktu berbuka puasa pun merupakan waktu yang penuh keberkahan, karena diwaktu ini manusia merasakan salah satu kebahagiaan ibadah puasa, yaitu diperbolehkannya makan dan minum setelah seharian menahannya, sebagaimana hadits:
للصائم فرحتان : فرحة عند فطره و فرحة عند لقاء ربه
“Orang yang berpuasa memiliki 2 kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka puasa dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-Nya kelak” (HR. Muslim, no.1151)
Keberkahan lain di waktu berbuka puasa adalah dikabulkannya doa orang yang telah berpuasa, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
ثلاث لا ترد دعوتهم الصائم حتى يفطر والإمام العادل و المظلوم
‘”Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil dan doanya orang yang terzhalimi” (HR. Tirmidzi no.2528, Ibnu Majah no.1752, Ibnu Hibban no.2405, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi)
Oleh karena itu, jangan lewatkan kesempatan baik ini untuk memohon apa saja yang termasuk kebaikan dunia dan kebaikan akhirat. Namun perlu diketahui, terdapat doa yang dianjurkan untuk diucapkan ketika berbuka puasa, yaitu doa berbuka puasa. Sebagaimana hadits
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله
“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbuka puasa membaca doa:
ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله
/Dzahabaz zhamaa-u wabtalatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insyaa Allah/
(‘Rasa haus telah hilang, kerongkongan telah basah, semoga pahala didapatkan. Insya Allah’)” (HR. Abu Daud no.2357, Ad Daruquthni 2/401, dihasankan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/232)
Adapun doa yang tersebar di masyarakat dengan lafazh berikut:
اللهم لك صمت و بك امنت و على رزقك افطرت برحمتك يا ارحم الراحمين
adalah hadits palsu, atau dengan kata lain, ini bukanlah hadits. Tidak terdapat di kitab hadits manapun. Sehingga kita tidak boleh meyakini doa ini sebagai hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam.
Oleh karena itu, doa dengan lafazh ini dihukumi sama seperti ucapan orang biasa seperti saya dan anda. Sama kedudukannya seperti kita berdoa dengan kata-kata sendiri. Sehingga doa ini tidak boleh dipopulerkan apalagi dipatenkan sebagai doa berbuka puasa.
Memang ada hadits tentang doa berbuka puasa dengan lafazh yang mirip dengan doa tersebut, semisal:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال : اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت فتقبل مني إنك أنت السميع العليم
“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbuka membaca doa: Allahumma laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu fataqabbal minni, innaka antas samii’ul ‘aliim”
Dalam Al Futuhat Ar Rabbaniyyah (4/341), dinukil perkataan Ibnu Hajar Al Asqalani: “Hadits ini gharib, dan sanadnya lemah sekali”. Hadits ini juga di-dhaif-kan oleh Al Albani di Dhaif Al Jami’ (4350). Atau doa-doa yang lafazh-nya semisal hadits ini semuanya berkisar antara hadits dhaif atau munkar.
3. Ketika malam lailatul qadar
Malam lailatul qadar adalah malam diturunkannya Al Qur’an. Malam ini lebih utama dari 1000 bulan. Sebagaimana firmanAllah Ta’ala:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Malam Lailatul Qadr lebih baik dari 1000 bulan” (QS. Al Qadr: 3)
Pada malam ini dianjurkan memperbanyak ibadah termasuk memperbanyak doa. Sebagaimana yang diceritakan oleh Ummul Mu’minin Aisyah Radhiallahu’anha:
قلت يا رسول الله أرأيت إن علمت أي ليلة ليلة القدر ما أقول فيها قال قولي اللهم إنك عفو كريم تحب العفو فاعف عني
“Aku bertanya kepada Rasulullah: Wahai Rasulullah, menurutmu apa yang sebaiknya aku ucapkan jika aku menemukan malam Lailatul Qadar? Beliau bersabda: Berdoalah:
اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عني
Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni ['Ya Allah, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dan menyukai sifat pemaaf, maka ampunilah aku'']”(HR. Tirmidzi, 3513, Ibnu Majah, 3119, At Tirmidzi berkata: “Hasan Shahih”)
Pada hadits ini Ummul Mu’minin ‘Aisyah Radhiallahu’anha meminta diajarkan ucapan yang sebaiknya diamalkan ketika malam Lailatul Qadar. Namun ternyata Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengajarkan lafadz doa. Ini menunjukkan bahwa pada malam Lailatul Qadar dianjurkan memperbanyak doa, terutama dengan lafadz yang diajarkan tersebut.
'4. Ketika adzan berkumandang
Selain dianjurkan untuk menjawab adzan dengan lafazh yang sama, saat adzan dikumandangkan pun termasuk waktu yang mustajab untuk berdoa. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ثنتان لا تردان أو قلما تردان الدعاء عند النداء وعند البأس حين يلحم بعضهم بعضا
“Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369, berkata: “Hasan Shahih”)
5. Di antara adzan dan iqamah
Waktu jeda antara adzan dan iqamah adalah juga merupakan waktu yang dianjurkan untuk berdoa, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
الدعاء لا يرد بين الأذان والإقامة
“Doa di antara adzan dan iqamah tidak tertolak” (HR. Tirmidzi, 212, ia berkata: “Hasan Shahih”)
Dengan demikian jelaslah bahwa amalan yang dianjurkan antara adzan dan iqamah adalah berdoa, bukan shalawatan, atau membaca murattal dengan suara keras, misalnya dengan menggunakan mikrofon. Selain tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, amalan-amalan tersebut dapat mengganggu orang yang berdzikir atau sedang shalat sunnah. Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
لا إن كلكم مناج ربه فلا يؤذين بعضكم بعضا ولا يرفع بعضكم على بعض في القراءة أو قال في الصلاة
“Ketahuilah, kalian semua sedang bermunajat kepada Allah, maka janganlah saling mengganggu satu sama lain. Janganlah kalian mengeraskan suara dalam membaca Al Qur’an,’ atau beliau berkata, ‘Dalam shalat’,” (HR. Abu Daud no.1332, Ahmad, 430, dishahihkan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Nata-ijul Afkar, 2/16).
Selain itu, orang yang shalawatan atau membaca Al Qur’an dengan suara keras di waktu jeda ini, telah meninggalkan amalan yang di anjurkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, yaitu berdoa. Padahal ini adalah kesempatan yang bagus untuk memohon kepada Allah segala sesuatu yang ia inginkan. Sungguh merugi jika ia melewatkannya.
6. Ketika sedang sujud dalam shalat
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
أقرب ما يكون العبد من ربه وهو ساجد . فأكثروا الدعا
“Seorang hamba berada paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia sedang bersujud. Maka perbanyaklah berdoa ketika itu” (HR. Muslim, no.482)
7. Ketika sebelum salam pada shalat wajib
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
قيل يا رسول الله صلى الله عليه وسلم أي الدعاء أسمع قال جوف الليل الآخر ودبر الصلوات المكتوبات
“Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah, kapan doa kita didengar oleh Allah? Beliau bersabda: “Diakhir malam dan diakhir shalat wajib” (HR. Tirmidzi, 3499)
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Zaadul Ma’ad (1/305) menjelaskan bahwa yang dimaksud ‘akhir shalat wajib’ adalah sebelum salam. Dan tidak terdapat riwayat bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabat merutinkan berdoa meminta sesuatu setelah salam pada shalat wajib. Ahli fiqih masa kini, Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah berkata: “Apakah berdoa setelah shalat itu disyariatkan atau tidak? Jawabannya: tidak disyariatkan. Karena Allah Ta’ala berfirman:
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ
“Jika engkau selesai shalat, berdzikirlah” (QS. An Nisa: 103). Allah berfirman ‘berdzikirlah’, bukan ‘berdoalah’. Maka setelah shalat bukanlah waktu untuk berdoa, melainkan sebelum salam” (Fatawa Ibnu Utsaimin, 15/216).
Namun sungguh disayangkan kebanyakan kaum muslimin merutinkan berdoa meminta sesuatu setelah salam pada shalat wajib yang sebenarnya tidak disyariatkan, kemudian justru meninggalkan waktu-waktu mustajab yang disyariatkan yaitu diantara adzan dan iqamah, ketika adzan, ketika sujud dan sebelum salam.
8. Di hari Jum’at
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ذكر يوم الجمعة ، فقال : فيه ساعة ، لا يوافقها عبد مسلم ، وهو قائم يصلي ، يسأل الله تعالى شيئا ، إلا أعطاه إياه . وأشار بيده يقللها
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menyebutkan tentang hari Jumat kemudian beliau bersabda: ‘Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa yang ia minta’. Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut” (HR. Bukhari 935, Muslim 852 dari sahabat Abu Hurairah Radhiallahu’anhu)
Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari ketika menjelaskan hadits ini beliau menyebutkan 42 pendapat ulama tentang waktu yang dimaksud. Namun secara umum terdapat 4 pendapat yang kuat.
Pendapat pertama, yaitu waktu sejak imam naik mimbar sampai selesai shalat Jum’at, berdasarkan hadits:
هي ما بين أن يجلس الإمام إلى أن تقضى الصلاة
“Waktu tersebut adalah ketika imam naik mimbar sampai shalat Jum’at selesai” (HR. Muslim, 853 dari sahabat Abu Musa Al Asy’ari Radhiallahu’anhu).
Pendapat ini dipilih oleh Imam Muslim, An Nawawi, Al Qurthubi, Ibnul Arabi dan Al Baihaqi.
Pendapat kedua, yaitu setelah ashar sampai terbenamnya matahari. Berdasarkan hadits:
يوم الجمعة ثنتا عشرة يريد ساعة لا يوجد مسلم يسأل الله عز وجل شيئا إلا أتاه الله عز وجل فالتمسوها آخر ساعة بعد العصر
“Dalam 12 jam hari Jum’at ada satu waktu, jika seorang muslim meminta sesuatu kepada Allah Azza Wa Jalla pasti akan dikabulkan. Carilah waktu itu di waktu setelah ashar” (HR. Abu Daud, no.1048 dari sahabat Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu. Dishahihkan Al Albani di Shahih Abi Daud). Pendapat ini dipilih oleh At Tirmidzi, dan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah. Pendapat ini yang lebih masyhur dikalangan para ulama.
Pendapat ketiga, yaitu setelah ashar, namun diakhir-akhir hari Jum’at. Pendapat ini didasari oleh riwayat dari Abi Salamah. Ishaq bin Rahawaih, At Thurthusi, Ibnul Zamlakani menguatkan pendapat ini.
Pendapat keempat, yang juga dikuatkan oleh Ibnu Hajar sendiri, yaitu menggabungkan semua pendapat yang ada. Ibnu ‘Abdil Barr berkata: “Dianjurkan untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa pada dua waktu yang disebutkan”. Dengan demikian seseorang akan lebih memperbanyak doanya di hari Jum’at tidak pada beberapa waktu tertentu saja. Pendapat ini dipilih oleh Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu ‘Abdil Barr.
9. Ketika turun hujan
Hujan adalah nikmat Allah Ta’ala. Oleh karena itu tidak boleh mencelanya. Sebagian orang merasa jengkel dengan turunnya hujan, padahal yang menurunkan hujan tidak lain adalah Allah Ta’ala. Oleh karena itu, daripada tenggelam dalam rasa jengkel lebih baik memanfaatkan waktu hujan untuk berdoa memohon apa yang diinginkan kepada Allah Ta’ala:
ثنتان ما تردان : الدعاء عند النداء ، و تحت المطر
“Doa tidak tertolak pada 2 waktu, yaitu ketika adzan berkumandang dan ketika hujan turun” (HR Al Hakim, 2534, dishahihkan Al Albani di Shahih Al Jami’, 3078)
10. Hari Rabu antara Dzuhur dan Ashar
Sunnah ini belum diketahui oleh kebanyakan kaum muslimin, yaitu dikabulkannya doa diantara shalat Zhuhur dan Ashar dihari Rabu. Ini diceritakan oleh Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu:
أن النبي صلى الله عليه وسلم دعا في مسجد الفتح ثلاثا يوم الاثنين، ويوم الثلاثاء، ويوم الأربعاء، فاستُجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين فعُرِفَ البِشْرُ في وجهه
قال جابر: فلم ينزل بي أمر مهمٌّ غليظ إِلاّ توخَّيْتُ تلك الساعة فأدعو فيها فأعرف الإجابة
“Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam berdoa di Masjid Al Fath 3 kali, yaitu hari Senin, Selasa dan Rabu. Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu diantara dua shalat. Ini diketahui dari kegembiraan di wajah beliau. Berkata Jabir : ‘Tidaklah suatu perkara penting yang berat pada saya kecuali saya memilih waktu ini untuk berdoa,dan saya mendapati dikabulkannya doa saya‘”
Dalam riwayat lain:
فاستجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين الظهر والعصر
“Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu di antara shalat Zhuhur dan Ashar” (HR. Ahmad, no. 14603, Al Haitsami dalam Majma Az Zawaid, 4/15, berkata: “Semua perawinya tsiqah”, juga dishahihkan Al Albani di Shahih At Targhib, 1185)
11. Ketika Hari Arafah
Hari Arafah adalah hari ketika para jama’ah haji melakukan wukuf di Arafah, yaitu tanggal 9 Dzulhijjah. Pada hari tersebut dianjurkan memperbanyak doa, baik bagi jama’ah haji maupun bagi seluruh kaum muslimin yang tidak sedang menunaikan ibadah haji. Sebab Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
خير الدعاء دعاء يوم عرفة
“Doa yang terbaik adalah doa ketika hari Arafah” (HR. At Tirmidzi, 3585. Di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi)
12. Ketika Perang Berkecamuk
Salah satu keutamaan pergi ke medan perang dalam rangka berjihad di jalan Allah adalah doa dari orang yang berperang di jalan Allah ketika perang sedang berkecamuk, diijabah oleh Allah Ta’ala. Dalilnya adalah hadits yang sudah disebutkan di atas:
ثنتان لا تردان أو قلما تردان الدعاء عند النداء وعند البأس حين يلحم بعضهم بعضا
“Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369, berkata: “Hasan Shahih”)
13. Ketika Meminum Air Zam-zam
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ماء زمزم لما شرب له
“Khasiat Air Zam-zam itu sesuai niat peminumnya” (HR. Ibnu Majah, 2/1018. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah, 2502)
It's different from Allaah to His creatures. He is Most Gracious, Most Merciful. Look man, when somebody asks something from him he felt upset and heavy hearts. While Allah Ta'ala loves the servant who ask Him. As the words of the poet:
الله يغضب إن تركت سؤاله وبني آدم حين يسأل يغضب
"God's wrath on those who are reluctant to ask for him, while the man when he asked angrily"
Yes, Allah loves the servant who pray to Him, even His love of God give 'bonus' in the form of forgiveness of sins to His servants to pray. Allah Ta'ala says in a Hadith Qudsi:
يا ابن آدم إنك ما دعوتني ورجوتني غفرت لك على ما كان منك ولا أبالي
"O people, while you pray and hope to me, I forgive your sins and your sins I do not care anymore" (Narrated by At Tirmidhi, he said: 'saheeh hasan hadeeth')
God truly understands the human condition and the weak will always need His mercy. Humans are never out of the desire, the good and the bad. Even if someone wants to write a paper all, who knows how many sheets will be used.
So we should not be surprised if Allaah curse those who are reluctant to call upon Him. Such a person by Allah 'Azza wa Jalla called arrogant servant and threatened with Hell. Allah Ta'ala says:
ادعوني أستجب لكم إن الذين يستكبرون عن عبادتي سيدخلون جهنم داخرين
"Pray to Me, I will grant your prayer. It's the people who are reluctant to boast about worship Me, will be put into Hell in a state of abject "(Surah Ghafir: 60)
This verse also shows that God is gracious to His servants, because servants were ordered to pray directly to God without an intermediary and is guaranteed to be granted. Indeed Thou Merciful Ya Rabb ...
Praying At The Right Time
Among the businesses that we can strive to be our prayers answered by the Almighty is to utilize certain time promised by God that when the times of prayer is granted. Among these times are:
1. When dawn or last third of the night
Allah Ta'ala loves His servants who pray disepertiga last night. Allah Ta'ala says about the characteristics of the pious people, one of them:
وبالأسحار هم يستغفرون
"When meal time (late night), they prayed for forgiveness" (Surat adh Dzariyat: 18)
The last third of the night was a blessed time, because at that time our Rabb Subhanahu Wa Ta'ala down to the lowest heaven and hears every prayer of His servant who is praying at that. Shallallahu'alaihi Rasulullah SAW:
ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا, حين يبقى ثلث الليل الآخر, يقول: من يدعوني فأستجيب له, من يسألني فأعطيه, من يستغفرني فأغفر له
"Lord we come down to the lowest heaven in the final third of the night every night. Then said: 'The person who prays to Me will I grant, people who ask something to me I will give, the person seeking forgiveness from Me will I forgive' "(Narrated by Bukhari no.1145, Muslim no. 758)
Note however, the nature of 'down' in this hadith should not make us imagine Allah Ta'ala descend as man fell from one place to another. Because certainly different. The important thing is we believe that Allah Ta'ala descend into the sky world, because who say so are Shallallahu'alaihi Prophet SAW was given the nickname Ash shadiqul Mashduq (the honest truth authenticated by God), without the need to question and imagine how.
From this hadith it is clear that the final third of the night is the recommended time to multiply prayer. More so in the month of Ramadan, end up in the third of the night is not heavy anymore because it coincides with a meal. Therefore, take advantage of the best time to pray.
2. When breaking the fast
Iftar time was a time full of blessing, because at a time when these people feel any happiness fasting, the permissibility of eating and drinking after a day hold, as the hadith:
للصائم فرحتان: فرحة عند فطره و فرحة عند لقاء ربه
"The person who fasts has two happiness: happiness when breaking the fast and happiness when he met with his Rabb later" (Narrated by Muslim, no.1151)
Another blessing at the time of breaking the fast is granting the prayer of people who have fasted, as the words of the Prophet SAW Shallallahu'alaihi:
ثلاث لا ترد دعوتهم الصائم حتى يفطر والإمام العادل و المظلوم
'"Three prayers are not rejected. His prayer when breaking the fast, fair and prayed his prayer leader who terzhalimi "(Narrated by al-Tirmidhi no.2528, Ibn Majah no.1752, no.2405 Ibn Hibban, Al-Albani in Saheeh dishahihkan At Tirmidhi)
Therefore, do not miss this good opportunity to apply what is included kindness and goodness of the world hereafter. But keep in mind, there is a suggested prayer to say when breaking the fast, the fasting prayer. As the hadith
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله
"Usually when the Prophet SAW Shallallahu'alaihi fasting prayer reads:
ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله
/ Dzahabaz zhamaa-u wabtalatil 'uruqu tsabatal ajru inshaa Allah wa /
('The thirst has gone, the esophagus was wet, the reward may be obtained. Insha Allah') "(Narrated by Abu Dawood no.2357, Ad Daruquthni 2/401, dihasankan by Ibn Hajar Al Asqalani in Hidayatur Ruwah, 2/232)
As for prayer are scattered in communities with lafazh following:
اللهم لك صمت و بك امنت و على رزقك افطرت برحمتك يا ارحم الراحمين
is a false hadeeth, or in other words, this is not a hadith. Not found in any book of hadith. So we should not believe in prayer as Shallallahu'alaihi hadith of the Prophet SAW.
Therefore, prayer is convicted lafazh same as saying ordinary people like me and you. Same position as we pray in their own words. So that prayer should not be patented as popularized especially prayer fasting.
There is a hadith about breaking the fast with prayer lafazh similar to prayer, such as:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال: اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت فتقبل مني إنك أنت السميع العليم
"Usually Rasulullah SAW Shallallahu'alaihi when breaking a prayer: Allahumma laka shumtu wa 'alaa rizqika afthartu fataqabbal minni, innaka Antas samii'ul' aliim"
In Al Futuhat Ar Rabbaniyyah (4/341), quoted the words of Ibn Hajar Al Asqalani: "This hadith Gharib and weak isnaad". This hadith is also on the da'eef by al-Albani in weak hadith Al-Jami '(4350). Or prayers that his lafazh such hadith everything ranging from hadeeth da'eef or evil.
3. When Tatyana Qadr night
Night Tatyana Qadr is the night the revelation of the Qur'an. Tonight is greater than 1000 months. As firmanAllah Exalted:
ليلة القدر خير من ألف شهر
"The night Lailatul Qadr is better than 1000 months" (Surat al-Qadr: 3)
On this night of worship including recommended multiply multiply prayer. As narrated by Ummul Mu'mineen Aisha Radhiallahu'anha:
قلت يا رسول الله أرأيت إن علمت أي ليلة ليلة القدر ما أقول فيها قال قولي اللهم إنك عفو كريم تحب العفو فاعف عني
"I asked the Prophet: O Messenger of Allah, what do you think I should say if I find Lailatul Qadar night? He said: Pray:
اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عني
Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul' AFWA fa'fu 'anni [' O Allah, verily you are Forgiving and love forgiveness, so forgive me''] "(Narrated by al-Tirmidhi, 3513, Ibn Majah, 3119, At Tirmidhi said:" Hasan Sahih ")
In this hadith Ummul Mu'mineen 'Aishah Radhiallahu'anha asking taught speech should be carried out when the night Lailatul Qadar. But apparently the Prophet SAW taught Shallallahu'alaihi lafadz prayer. This shows that on the night of Lailatul Qadar is recommended to multiply prayer, especially the lafadz who taught them.
'4. When adzan
In addition it is recommended to answer the call to prayer with lafazh the same, while also including the call to prayer echoed efficacious time to pray. Shallallahu'alaihi Rasulullah SAW said:
ثنتان لا تردان أو قلما تردان الدعاء عند النداء وعند البأس حين يلحم بعضهم بعضا
"Prayer is not rejected at two times, or at least less likely utterly rejected. That is when the current adzan war, when both sides attacked each other "(Narrated by Abu Dawood, 2540, Ibn Hajar Al Asqalani in Nata-ijul Afkar, 1/369, said:" Hasan Sahih ")
5. In between prayer and iqamah
The time lag between the call and iqamah is also a recommended time to pray, according to the words of the Prophet SAW Shallallahu'alaihi:
الدعاء لا يرد بين الأذان والإقامة
"Prayer in the prayer and iqamah not rejected" (Narrated by al-Tirmidhi, 212, he said: "Hasan Sahih")
Thus it is clear that the recommended practice between prayer and iqamah was praying, not Shalawatan, or read aloud murattal, for example by using a microphone. Besides never Shallallahu'alaihi exemplified by the Prophet SAW, deeds-deeds that may disturb or praying sunnah dhikr. Rasulullah SAW said Shallallahu'alaihi fact,
لا إن كلكم مناج ربه فلا يؤذين بعضكم بعضا ولا يرفع بعضكم على بعض في القراءة أو قال في الصلاة
"You know, you're all being bermunajat to God, so do not interfere with each other. Do you guys raised his voice in reading the Qur'an, 'or he said: "In prayer,'" (Narrated by Abu Dawood no.1332, Ahmad, 430, dishahihkan by Ibn Hajar Al Asqalani in Nata-ijul Afkar, 2/16 ).
In addition, people who Shalawatan or read the Qur'an aloud in this interval of time, has left the practice recommended by the Prophet SAW Shallallahu'alaihi, namely prayer. Though this is a good opportunity to ask God everything he wanted. It lost if he missed it.
6. When he was prostrating in prayer
Shallallahu'alaihi Rasulullah SAW said:
أقرب ما يكون العبد من ربه وهو ساجد. فأكثروا الدعا
"A servant is closest to his Lord is when he is prostrating. Then multiply pray when it "(Narrated by Muslim, 482)
7. As before greeting the obligatory prayer
Shallallahu'alaihi Rasulullah SAW said:
قيل يا رسول الله صلى الله عليه وسلم أي الدعاء أسمع قال جوف الليل الآخر ودبر الصلوات المكتوبات
"Someone asked: O Messenger of Allah, when our prayers are heard by God? He said: "At the end of the night and the end of the obligatory prayer" (Narrated by al-Tirmidhi, 3499)
Ibn Qayyim Al Jauziyyah in Zaadul Ma'ad (1/305) explained that he meant "the end of the obligatory prayers' is before greeting. And there is no history that the Prophet SAW and his companions Shallallahu'alaihi merutinkan pray for something as regards the obligatory prayers. Contemporary jurist, Shaykh Ibn Uthaymeen rahimahullah said: "Is prayer after prayer that is prescribed or not? The answer: not prescribed. Because Allah Ta'ala says:
فإذا قضيتم الصلاة فاذكروا الله
"If you finish praying, berdzikirlah" (Surah An Nisa: 103). God said, 'berdzikirlah', not 'pray'. Then after the prayer is not the time to pray, but before greeting "(Fataawa Ibn 'Uthaymeen, 15/216).
However, it is unfortunate that so many of the Muslims merutinkan pray for something as regards the obligatory prayers that are not prescribed, then it leaves times the prescribed efficacious ie between call and iqamah, when the call to prayer, when prostrating and before greeting.
8. On Friday
Shallallahu'alaihi Rasulullah SAW said,
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ذكر يوم الجمعة, فقال: فيه ساعة, لا يوافقها عبد مسلم, وهو قائم يصلي, يسأل الله تعالى شيئا, إلا أعطاه إياه. وأشار بيده يقللها
"Shallallahu'alaihi Prophet SAW said about Friday then he said: 'In it there is time. If a Muslim prays when it is, it is given what he asked. " Then he signaled with his hand on sebentarnya time "(Narrated by Bukhari 935, Muslim 852 of companions Abu Hurairah Radhiallahu'anhu)
Ibn Hajar Al Asqalani in Fathul Baari when explaining this hadith he mentions 42 scholars think about the time in question. But in general there are 4 strong opinions.
The first opinion, the time since the priests ascend the pulpit to complete the Friday prayers, according to the hadith:
هي ما بين أن يجلس الإمام إلى أن تقضى الصلاة
"Time was when the priest climbed the pulpit until the Friday prayer is finished" (Narrated by Muslim, 853 from Abu Musa Al-Ash'ari friend Radhiallahu'anhu).
This opinion was chosen by Imam Muslim, An Nawawi, al Qurtubi, Ibn al-Arabi and Al-Bayhaqi.
The second opinion, ie after the Asr till sunset. According to the hadith:
يوم الجمعة ثنتا عشرة يريد ساعة لا يوجد مسلم يسأل الله عز وجل شيئا إلا أتاه الله عز وجل فالتمسوها آخر ساعة بعد العصر
"Within 12 hours there was a time Friday, if a Muslim asks Allah Azza Wa anything Jalla will surely be granted. Look for it in the time period after the Asr "(Narrated by Abu Dawood, no.1048 of friends Jabir bin Abdillah Radhiallahu'anhu. Classed as saheeh in Saheeh Abi Al Albani David). This opinion was chosen by At Tirmidhi, and Ibn Qayyim al Jauziyyah. This argument is more famous among the scholars.
The third opinion, ie after the Asr, but the end-the end of the day Friday. This opinion is based on the history of Abi Salamah. Ishaq bin Rahawaih, At Thurthusi, Ibnul Zamlakani corroborate this opinion.
The fourth opinion, which is also corroborated by Ibn Hajar himself, that combines all the existing opinions. Ibn 'Abd al-Barr said: "It is recommended to earnestly pray at two mentioned". Thus, someone will raise the prayer on Friday is not at a certain time only. This opinion was chosen by Imam Ahmad bin Hanbal, Ibn 'Abd al-Barr.
9. When it rained
Rain is Allah Ta'ala. Therefore, it should not be reproached. Some people get annoyed with the rain, but the rain is none other than Allah Ta'ala. Therefore, instead of drowning in annoyance better use the time to pray for rain for what it wants to Allaah:
ثنتان ما تردان: الدعاء عند النداء, و تحت المطر
"Prayer is not rejected at the second time, when the call to prayer rang out and when it was raining" (Reported by Al-Hakim, 2534, dishahihkan Al Albani in Sahih al-Jami ', 3078)
10. Wednesday between Dhuhr and Asr
Sunnah is not known by most Muslims, the granting of the prayer between noon, the prayer and Asr on the day Wednesday. It is narrated by Jabir bin Abdillah Radhiallahu'anhu:
أن النبي صلى الله عليه وسلم دعا في مسجد الفتح ثلاثا يوم الاثنين, ويوم الثلاثاء, ويوم الأربعاء, فاستجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين فعرف البشر في وجهه
قال جابر: فلم ينزل بي أمر مهم غليظ إلا توخيت تلك الساعة فأدعو فيها فأعرف الإجابة
"Prophet of Allaah wasalam prayed at the Al Fath 3 times, ie Monday, Tuesday and Wednesday. On Wednesday, his prayer was granted, ie between the two prayers. This note of excitement in his face. Jabir said: 'It is an important matter that weight on me unless I chose this time to pray, and I have granted my prayer' "
In another narration:
فاستجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين الظهر والعصر
"On Wednesday his prayer was granted, between noon, the prayer and Asr" (Narrated by Ahmad, no. 14,603, Al Haitsami in Majma Az Zawaid, 4/15, said: "All the narrators tsiqah", also Al-Albani in Sahih dishahihkan At Targhib, 1185)
11. When the Day of Arafah
Day of Arafah is the day when the pilgrims perform before staying in Arafah, the 9th of Dhu al-Hijjah. Day is recommended to multiply prayers, both for pilgrims and for all Muslims who are not on pilgrimage. For Shallallahu'alaihi Prophet SAW said:
خير الدعاء دعاء يوم عرفة
"The best prayer is the prayer when the day of Arafah" (Narrated by At Tirmidhi, 3585. Shahihkan Al-Albani in Saheeh At Tirmidhi)
12. When is war
One virtue of going to war in order to strive in the path of Allah is the prayer of those who fight in Allah's way when the war was raging, diijabah by Allah Ta'ala. Evidence for this is the hadith mentioned above:
ثنتان لا تردان أو قلما تردان الدعاء عند النداء وعند البأس حين يلحم بعضهم بعضا
"Prayer is not rejected at two times, or at least less likely utterly rejected. That is when the current adzan war, when both sides attacked each other "(Narrated by Abu Dawood, 2540, Ibn Hajar Al Asqalani in Nata-ijul Afkar, 1/369, said:" Hasan Sahih ")
13. While Drinking Zamzam Water
Shallallahu'alaihi Rasulullah SAW said:
ماء زمزم لما شرب له
"Efficacy of Zam-zam water was fit intentions drinker" (Narrated by Ibn Maajah, 2/1018. Classed as saheeh in Saheeh Al-Albani Ibni Majah, 2502)
الله يغضب إن تركت سؤاله وبني آدم حين يسأل يغضب
“Allah murka pada orang yang enggan meminta kepada-Nya, sedangkan manusia ketika diminta ia marah”
Ya, Allah mencintai hamba yang berdoa kepada-Nya, bahkan karena cinta-Nya Allah memberi ‘bonus’ berupa ampunan dosa kepada hamba-Nya yang berdoa. Allah Ta’ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi
:
يا ابن آدم إنك ما دعوتني ورجوتني غفرت لك على ما كان منك ولا أبالي
“Wahai manusia, selagi engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, aku mengampuni dosamu dan tidak aku pedulikan lagi dosamu” (HR. At Tirmidzi, ia berkata: ‘Hadits hasan shahih’)
Sungguh Allah memahami keadaan manusia yang lemah dan senantiasa membutuhkan akan Rahmat-Nya. Manusia tidak pernah lepas dari keinginan, yang baik maupun yang buruk. Bahkan jika seseorang menuliskan segala keinginannya dikertas, entah berapa lembar akan terpakai.
Maka kita tidak perlu heran jika Allah Ta’ala melaknat orang yang enggan berdoa kepada-Nya. Orang yang demikian oleh Allah ‘Azza Wa Jalla disebut sebagai hamba yang sombong dan diancam dengan neraka Jahannam. Allah Ta’ala berfirman:
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60)
Ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah Maha Pemurah terhadap hamba-Nya, karena hamba-Nya diperintahkan berdoa secara langsung kepada Allah tanpa melalui perantara dan dijamin akan dikabulkan. Sungguh Engkau Maha Pemurah Ya Rabb…
Berdoa Di Waktu Yang Tepat
Diantara usaha yang bisa kita upayakan agar doa kita dikabulkan oleh Allah Ta’ala adalah dengan memanfaatkan waktu-waktu tertentu yang dijanjikan oleh Allah bahwa doa ketika waktu-waktu tersebut dikabulkan. Diantara waktu-waktu tersebut adalah:
1. Ketika sahur atau sepertiga malam terakhir
Allah Ta’ala mencintai hamba-Nya yang berdoa disepertiga malam yang terakhir. Allah Ta’ala berfirman tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa, salah satunya:
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُون
“Ketika waktu sahur (akhir-akhir malam), mereka berdoa memohon ampunan” (QS. Adz Dzariyat: 18)
Sepertiga malam yang paling akhir adalah waktu yang penuh berkah, sebab pada saat itu Rabb kita Subhanahu Wa Ta’ala turun ke langit dunia dan mengabulkan setiap doa hamba-Nya yang berdoa ketika itu. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا ، حين يبقى ثلث الليل الآخر، يقول : من يدعوني فأستجيب له ، من يسألني فأعطيه ، من يستغفرني فأغفر له
“Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya. Kemudian berfirman: ‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan, orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan, orang yang meminta ampunan dari-Ku akan Kuampuni‘” (HR. Bukhari no.1145, Muslim no. 758)
Namun perlu dicatat, sifat ‘turun’ dalam hadits ini jangan sampai membuat kita membayangkan Allah Ta’ala turun sebagaimana manusia turun dari suatu tempat ke tempat lain. Karena tentu berbeda. Yang penting kita mengimani bahwa Allah Ta’ala turun ke langit dunia, karena yang berkata demikian adalah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam diberi julukan Ash shadiqul Mashduq (orang jujur yang diotentikasi kebenarannya oleh Allah), tanpa perlu mempertanyakan dan membayangkan bagaimana caranya.
Dari hadits ini jelas bahwa sepertiga malam yang akhir adalah waktu yang dianjurkan untuk memperbanyak berdoa. Lebih lagi di bulan Ramadhan, bangun di sepertiga malam akhir bukanlah hal yang berat lagi karena bersamaan dengan waktu makan sahur. Oleh karena itu, manfaatkanlah sebaik-baiknya waktu tersebut untuk berdoa.
2. Ketika berbuka puasa
Waktu berbuka puasa pun merupakan waktu yang penuh keberkahan, karena diwaktu ini manusia merasakan salah satu kebahagiaan ibadah puasa, yaitu diperbolehkannya makan dan minum setelah seharian menahannya, sebagaimana hadits:
للصائم فرحتان : فرحة عند فطره و فرحة عند لقاء ربه
“Orang yang berpuasa memiliki 2 kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka puasa dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-Nya kelak” (HR. Muslim, no.1151)
Keberkahan lain di waktu berbuka puasa adalah dikabulkannya doa orang yang telah berpuasa, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
ثلاث لا ترد دعوتهم الصائم حتى يفطر والإمام العادل و المظلوم
‘”Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil dan doanya orang yang terzhalimi” (HR. Tirmidzi no.2528, Ibnu Majah no.1752, Ibnu Hibban no.2405, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi)
Oleh karena itu, jangan lewatkan kesempatan baik ini untuk memohon apa saja yang termasuk kebaikan dunia dan kebaikan akhirat. Namun perlu diketahui, terdapat doa yang dianjurkan untuk diucapkan ketika berbuka puasa, yaitu doa berbuka puasa. Sebagaimana hadits
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله
“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbuka puasa membaca doa:
ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله
/Dzahabaz zhamaa-u wabtalatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insyaa Allah/
(‘Rasa haus telah hilang, kerongkongan telah basah, semoga pahala didapatkan. Insya Allah’)” (HR. Abu Daud no.2357, Ad Daruquthni 2/401, dihasankan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/232)
Adapun doa yang tersebar di masyarakat dengan lafazh berikut:
اللهم لك صمت و بك امنت و على رزقك افطرت برحمتك يا ارحم الراحمين
adalah hadits palsu, atau dengan kata lain, ini bukanlah hadits. Tidak terdapat di kitab hadits manapun. Sehingga kita tidak boleh meyakini doa ini sebagai hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam.
Oleh karena itu, doa dengan lafazh ini dihukumi sama seperti ucapan orang biasa seperti saya dan anda. Sama kedudukannya seperti kita berdoa dengan kata-kata sendiri. Sehingga doa ini tidak boleh dipopulerkan apalagi dipatenkan sebagai doa berbuka puasa.
Memang ada hadits tentang doa berbuka puasa dengan lafazh yang mirip dengan doa tersebut, semisal:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال : اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت فتقبل مني إنك أنت السميع العليم
“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbuka membaca doa: Allahumma laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu fataqabbal minni, innaka antas samii’ul ‘aliim”
Dalam Al Futuhat Ar Rabbaniyyah (4/341), dinukil perkataan Ibnu Hajar Al Asqalani: “Hadits ini gharib, dan sanadnya lemah sekali”. Hadits ini juga di-dhaif-kan oleh Al Albani di Dhaif Al Jami’ (4350). Atau doa-doa yang lafazh-nya semisal hadits ini semuanya berkisar antara hadits dhaif atau munkar.
3. Ketika malam lailatul qadar
Malam lailatul qadar adalah malam diturunkannya Al Qur’an. Malam ini lebih utama dari 1000 bulan. Sebagaimana firmanAllah Ta’ala:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Malam Lailatul Qadr lebih baik dari 1000 bulan” (QS. Al Qadr: 3)
Pada malam ini dianjurkan memperbanyak ibadah termasuk memperbanyak doa. Sebagaimana yang diceritakan oleh Ummul Mu’minin Aisyah Radhiallahu’anha:
قلت يا رسول الله أرأيت إن علمت أي ليلة ليلة القدر ما أقول فيها قال قولي اللهم إنك عفو كريم تحب العفو فاعف عني
“Aku bertanya kepada Rasulullah: Wahai Rasulullah, menurutmu apa yang sebaiknya aku ucapkan jika aku menemukan malam Lailatul Qadar? Beliau bersabda: Berdoalah:
اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عني
Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni ['Ya Allah, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dan menyukai sifat pemaaf, maka ampunilah aku'']”(HR. Tirmidzi, 3513, Ibnu Majah, 3119, At Tirmidzi berkata: “Hasan Shahih”)
Pada hadits ini Ummul Mu’minin ‘Aisyah Radhiallahu’anha meminta diajarkan ucapan yang sebaiknya diamalkan ketika malam Lailatul Qadar. Namun ternyata Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengajarkan lafadz doa. Ini menunjukkan bahwa pada malam Lailatul Qadar dianjurkan memperbanyak doa, terutama dengan lafadz yang diajarkan tersebut.
'4. Ketika adzan berkumandang
Selain dianjurkan untuk menjawab adzan dengan lafazh yang sama, saat adzan dikumandangkan pun termasuk waktu yang mustajab untuk berdoa. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ثنتان لا تردان أو قلما تردان الدعاء عند النداء وعند البأس حين يلحم بعضهم بعضا
“Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369, berkata: “Hasan Shahih”)
5. Di antara adzan dan iqamah
Waktu jeda antara adzan dan iqamah adalah juga merupakan waktu yang dianjurkan untuk berdoa, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
الدعاء لا يرد بين الأذان والإقامة
“Doa di antara adzan dan iqamah tidak tertolak” (HR. Tirmidzi, 212, ia berkata: “Hasan Shahih”)
Dengan demikian jelaslah bahwa amalan yang dianjurkan antara adzan dan iqamah adalah berdoa, bukan shalawatan, atau membaca murattal dengan suara keras, misalnya dengan menggunakan mikrofon. Selain tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, amalan-amalan tersebut dapat mengganggu orang yang berdzikir atau sedang shalat sunnah. Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
لا إن كلكم مناج ربه فلا يؤذين بعضكم بعضا ولا يرفع بعضكم على بعض في القراءة أو قال في الصلاة
“Ketahuilah, kalian semua sedang bermunajat kepada Allah, maka janganlah saling mengganggu satu sama lain. Janganlah kalian mengeraskan suara dalam membaca Al Qur’an,’ atau beliau berkata, ‘Dalam shalat’,” (HR. Abu Daud no.1332, Ahmad, 430, dishahihkan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Nata-ijul Afkar, 2/16).
Selain itu, orang yang shalawatan atau membaca Al Qur’an dengan suara keras di waktu jeda ini, telah meninggalkan amalan yang di anjurkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, yaitu berdoa. Padahal ini adalah kesempatan yang bagus untuk memohon kepada Allah segala sesuatu yang ia inginkan. Sungguh merugi jika ia melewatkannya.
6. Ketika sedang sujud dalam shalat
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
أقرب ما يكون العبد من ربه وهو ساجد . فأكثروا الدعا
“Seorang hamba berada paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia sedang bersujud. Maka perbanyaklah berdoa ketika itu” (HR. Muslim, no.482)
7. Ketika sebelum salam pada shalat wajib
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
قيل يا رسول الله صلى الله عليه وسلم أي الدعاء أسمع قال جوف الليل الآخر ودبر الصلوات المكتوبات
“Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah, kapan doa kita didengar oleh Allah? Beliau bersabda: “Diakhir malam dan diakhir shalat wajib” (HR. Tirmidzi, 3499)
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Zaadul Ma’ad (1/305) menjelaskan bahwa yang dimaksud ‘akhir shalat wajib’ adalah sebelum salam. Dan tidak terdapat riwayat bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabat merutinkan berdoa meminta sesuatu setelah salam pada shalat wajib. Ahli fiqih masa kini, Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah berkata: “Apakah berdoa setelah shalat itu disyariatkan atau tidak? Jawabannya: tidak disyariatkan. Karena Allah Ta’ala berfirman:
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ
“Jika engkau selesai shalat, berdzikirlah” (QS. An Nisa: 103). Allah berfirman ‘berdzikirlah’, bukan ‘berdoalah’. Maka setelah shalat bukanlah waktu untuk berdoa, melainkan sebelum salam” (Fatawa Ibnu Utsaimin, 15/216).
Namun sungguh disayangkan kebanyakan kaum muslimin merutinkan berdoa meminta sesuatu setelah salam pada shalat wajib yang sebenarnya tidak disyariatkan, kemudian justru meninggalkan waktu-waktu mustajab yang disyariatkan yaitu diantara adzan dan iqamah, ketika adzan, ketika sujud dan sebelum salam.
8. Di hari Jum’at
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ذكر يوم الجمعة ، فقال : فيه ساعة ، لا يوافقها عبد مسلم ، وهو قائم يصلي ، يسأل الله تعالى شيئا ، إلا أعطاه إياه . وأشار بيده يقللها
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menyebutkan tentang hari Jumat kemudian beliau bersabda: ‘Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa yang ia minta’. Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut” (HR. Bukhari 935, Muslim 852 dari sahabat Abu Hurairah Radhiallahu’anhu)
Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari ketika menjelaskan hadits ini beliau menyebutkan 42 pendapat ulama tentang waktu yang dimaksud. Namun secara umum terdapat 4 pendapat yang kuat.
Pendapat pertama, yaitu waktu sejak imam naik mimbar sampai selesai shalat Jum’at, berdasarkan hadits:
هي ما بين أن يجلس الإمام إلى أن تقضى الصلاة
“Waktu tersebut adalah ketika imam naik mimbar sampai shalat Jum’at selesai” (HR. Muslim, 853 dari sahabat Abu Musa Al Asy’ari Radhiallahu’anhu).
Pendapat ini dipilih oleh Imam Muslim, An Nawawi, Al Qurthubi, Ibnul Arabi dan Al Baihaqi.
Pendapat kedua, yaitu setelah ashar sampai terbenamnya matahari. Berdasarkan hadits:
يوم الجمعة ثنتا عشرة يريد ساعة لا يوجد مسلم يسأل الله عز وجل شيئا إلا أتاه الله عز وجل فالتمسوها آخر ساعة بعد العصر
“Dalam 12 jam hari Jum’at ada satu waktu, jika seorang muslim meminta sesuatu kepada Allah Azza Wa Jalla pasti akan dikabulkan. Carilah waktu itu di waktu setelah ashar” (HR. Abu Daud, no.1048 dari sahabat Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu. Dishahihkan Al Albani di Shahih Abi Daud). Pendapat ini dipilih oleh At Tirmidzi, dan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah. Pendapat ini yang lebih masyhur dikalangan para ulama.
Pendapat ketiga, yaitu setelah ashar, namun diakhir-akhir hari Jum’at. Pendapat ini didasari oleh riwayat dari Abi Salamah. Ishaq bin Rahawaih, At Thurthusi, Ibnul Zamlakani menguatkan pendapat ini.
Pendapat keempat, yang juga dikuatkan oleh Ibnu Hajar sendiri, yaitu menggabungkan semua pendapat yang ada. Ibnu ‘Abdil Barr berkata: “Dianjurkan untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa pada dua waktu yang disebutkan”. Dengan demikian seseorang akan lebih memperbanyak doanya di hari Jum’at tidak pada beberapa waktu tertentu saja. Pendapat ini dipilih oleh Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu ‘Abdil Barr.
9. Ketika turun hujan
Hujan adalah nikmat Allah Ta’ala. Oleh karena itu tidak boleh mencelanya. Sebagian orang merasa jengkel dengan turunnya hujan, padahal yang menurunkan hujan tidak lain adalah Allah Ta’ala. Oleh karena itu, daripada tenggelam dalam rasa jengkel lebih baik memanfaatkan waktu hujan untuk berdoa memohon apa yang diinginkan kepada Allah Ta’ala:
ثنتان ما تردان : الدعاء عند النداء ، و تحت المطر
“Doa tidak tertolak pada 2 waktu, yaitu ketika adzan berkumandang dan ketika hujan turun” (HR Al Hakim, 2534, dishahihkan Al Albani di Shahih Al Jami’, 3078)
10. Hari Rabu antara Dzuhur dan Ashar
Sunnah ini belum diketahui oleh kebanyakan kaum muslimin, yaitu dikabulkannya doa diantara shalat Zhuhur dan Ashar dihari Rabu. Ini diceritakan oleh Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu:
أن النبي صلى الله عليه وسلم دعا في مسجد الفتح ثلاثا يوم الاثنين، ويوم الثلاثاء، ويوم الأربعاء، فاستُجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين فعُرِفَ البِشْرُ في وجهه
قال جابر: فلم ينزل بي أمر مهمٌّ غليظ إِلاّ توخَّيْتُ تلك الساعة فأدعو فيها فأعرف الإجابة
“Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam berdoa di Masjid Al Fath 3 kali, yaitu hari Senin, Selasa dan Rabu. Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu diantara dua shalat. Ini diketahui dari kegembiraan di wajah beliau. Berkata Jabir : ‘Tidaklah suatu perkara penting yang berat pada saya kecuali saya memilih waktu ini untuk berdoa,dan saya mendapati dikabulkannya doa saya‘”
Dalam riwayat lain:
فاستجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين الظهر والعصر
“Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu di antara shalat Zhuhur dan Ashar” (HR. Ahmad, no. 14603, Al Haitsami dalam Majma Az Zawaid, 4/15, berkata: “Semua perawinya tsiqah”, juga dishahihkan Al Albani di Shahih At Targhib, 1185)
11. Ketika Hari Arafah
Hari Arafah adalah hari ketika para jama’ah haji melakukan wukuf di Arafah, yaitu tanggal 9 Dzulhijjah. Pada hari tersebut dianjurkan memperbanyak doa, baik bagi jama’ah haji maupun bagi seluruh kaum muslimin yang tidak sedang menunaikan ibadah haji. Sebab Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
خير الدعاء دعاء يوم عرفة
“Doa yang terbaik adalah doa ketika hari Arafah” (HR. At Tirmidzi, 3585. Di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi)
12. Ketika Perang Berkecamuk
Salah satu keutamaan pergi ke medan perang dalam rangka berjihad di jalan Allah adalah doa dari orang yang berperang di jalan Allah ketika perang sedang berkecamuk, diijabah oleh Allah Ta’ala. Dalilnya adalah hadits yang sudah disebutkan di atas:
ثنتان لا تردان أو قلما تردان الدعاء عند النداء وعند البأس حين يلحم بعضهم بعضا
“Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369, berkata: “Hasan Shahih”)
13. Ketika Meminum Air Zam-zam
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ماء زمزم لما شرب له
“Khasiat Air Zam-zam itu sesuai niat peminumnya” (HR. Ibnu Majah, 2/1018. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah, 2502)
It's different from Allaah to His creatures. He is Most Gracious, Most Merciful. Look man, when somebody asks something from him he felt upset and heavy hearts. While Allah Ta'ala loves the servant who ask Him. As the words of the poet:
الله يغضب إن تركت سؤاله وبني آدم حين يسأل يغضب
"God's wrath on those who are reluctant to ask for him, while the man when he asked angrily"
Yes, Allah loves the servant who pray to Him, even His love of God give 'bonus' in the form of forgiveness of sins to His servants to pray. Allah Ta'ala says in a Hadith Qudsi:
يا ابن آدم إنك ما دعوتني ورجوتني غفرت لك على ما كان منك ولا أبالي
"O people, while you pray and hope to me, I forgive your sins and your sins I do not care anymore" (Narrated by At Tirmidhi, he said: 'saheeh hasan hadeeth')
God truly understands the human condition and the weak will always need His mercy. Humans are never out of the desire, the good and the bad. Even if someone wants to write a paper all, who knows how many sheets will be used.
So we should not be surprised if Allaah curse those who are reluctant to call upon Him. Such a person by Allah 'Azza wa Jalla called arrogant servant and threatened with Hell. Allah Ta'ala says:
ادعوني أستجب لكم إن الذين يستكبرون عن عبادتي سيدخلون جهنم داخرين
"Pray to Me, I will grant your prayer. It's the people who are reluctant to boast about worship Me, will be put into Hell in a state of abject "(Surah Ghafir: 60)
This verse also shows that God is gracious to His servants, because servants were ordered to pray directly to God without an intermediary and is guaranteed to be granted. Indeed Thou Merciful Ya Rabb ...
Praying At The Right Time
Among the businesses that we can strive to be our prayers answered by the Almighty is to utilize certain time promised by God that when the times of prayer is granted. Among these times are:
1. When dawn or last third of the night
Allah Ta'ala loves His servants who pray disepertiga last night. Allah Ta'ala says about the characteristics of the pious people, one of them:
وبالأسحار هم يستغفرون
"When meal time (late night), they prayed for forgiveness" (Surat adh Dzariyat: 18)
The last third of the night was a blessed time, because at that time our Rabb Subhanahu Wa Ta'ala down to the lowest heaven and hears every prayer of His servant who is praying at that. Shallallahu'alaihi Rasulullah SAW:
ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا, حين يبقى ثلث الليل الآخر, يقول: من يدعوني فأستجيب له, من يسألني فأعطيه, من يستغفرني فأغفر له
"Lord we come down to the lowest heaven in the final third of the night every night. Then said: 'The person who prays to Me will I grant, people who ask something to me I will give, the person seeking forgiveness from Me will I forgive' "(Narrated by Bukhari no.1145, Muslim no. 758)
Note however, the nature of 'down' in this hadith should not make us imagine Allah Ta'ala descend as man fell from one place to another. Because certainly different. The important thing is we believe that Allah Ta'ala descend into the sky world, because who say so are Shallallahu'alaihi Prophet SAW was given the nickname Ash shadiqul Mashduq (the honest truth authenticated by God), without the need to question and imagine how.
From this hadith it is clear that the final third of the night is the recommended time to multiply prayer. More so in the month of Ramadan, end up in the third of the night is not heavy anymore because it coincides with a meal. Therefore, take advantage of the best time to pray.
2. When breaking the fast
Iftar time was a time full of blessing, because at a time when these people feel any happiness fasting, the permissibility of eating and drinking after a day hold, as the hadith:
للصائم فرحتان: فرحة عند فطره و فرحة عند لقاء ربه
"The person who fasts has two happiness: happiness when breaking the fast and happiness when he met with his Rabb later" (Narrated by Muslim, no.1151)
Another blessing at the time of breaking the fast is granting the prayer of people who have fasted, as the words of the Prophet SAW Shallallahu'alaihi:
ثلاث لا ترد دعوتهم الصائم حتى يفطر والإمام العادل و المظلوم
'"Three prayers are not rejected. His prayer when breaking the fast, fair and prayed his prayer leader who terzhalimi "(Narrated by al-Tirmidhi no.2528, Ibn Majah no.1752, no.2405 Ibn Hibban, Al-Albani in Saheeh dishahihkan At Tirmidhi)
Therefore, do not miss this good opportunity to apply what is included kindness and goodness of the world hereafter. But keep in mind, there is a suggested prayer to say when breaking the fast, the fasting prayer. As the hadith
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله
"Usually when the Prophet SAW Shallallahu'alaihi fasting prayer reads:
ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله
/ Dzahabaz zhamaa-u wabtalatil 'uruqu tsabatal ajru inshaa Allah wa /
('The thirst has gone, the esophagus was wet, the reward may be obtained. Insha Allah') "(Narrated by Abu Dawood no.2357, Ad Daruquthni 2/401, dihasankan by Ibn Hajar Al Asqalani in Hidayatur Ruwah, 2/232)
As for prayer are scattered in communities with lafazh following:
اللهم لك صمت و بك امنت و على رزقك افطرت برحمتك يا ارحم الراحمين
is a false hadeeth, or in other words, this is not a hadith. Not found in any book of hadith. So we should not believe in prayer as Shallallahu'alaihi hadith of the Prophet SAW.
Therefore, prayer is convicted lafazh same as saying ordinary people like me and you. Same position as we pray in their own words. So that prayer should not be patented as popularized especially prayer fasting.
There is a hadith about breaking the fast with prayer lafazh similar to prayer, such as:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال: اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت فتقبل مني إنك أنت السميع العليم
"Usually Rasulullah SAW Shallallahu'alaihi when breaking a prayer: Allahumma laka shumtu wa 'alaa rizqika afthartu fataqabbal minni, innaka Antas samii'ul' aliim"
In Al Futuhat Ar Rabbaniyyah (4/341), quoted the words of Ibn Hajar Al Asqalani: "This hadith Gharib and weak isnaad". This hadith is also on the da'eef by al-Albani in weak hadith Al-Jami '(4350). Or prayers that his lafazh such hadith everything ranging from hadeeth da'eef or evil.
3. When Tatyana Qadr night
Night Tatyana Qadr is the night the revelation of the Qur'an. Tonight is greater than 1000 months. As firmanAllah Exalted:
ليلة القدر خير من ألف شهر
"The night Lailatul Qadr is better than 1000 months" (Surat al-Qadr: 3)
On this night of worship including recommended multiply multiply prayer. As narrated by Ummul Mu'mineen Aisha Radhiallahu'anha:
قلت يا رسول الله أرأيت إن علمت أي ليلة ليلة القدر ما أقول فيها قال قولي اللهم إنك عفو كريم تحب العفو فاعف عني
"I asked the Prophet: O Messenger of Allah, what do you think I should say if I find Lailatul Qadar night? He said: Pray:
اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عني
Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul' AFWA fa'fu 'anni [' O Allah, verily you are Forgiving and love forgiveness, so forgive me''] "(Narrated by al-Tirmidhi, 3513, Ibn Majah, 3119, At Tirmidhi said:" Hasan Sahih ")
In this hadith Ummul Mu'mineen 'Aishah Radhiallahu'anha asking taught speech should be carried out when the night Lailatul Qadar. But apparently the Prophet SAW taught Shallallahu'alaihi lafadz prayer. This shows that on the night of Lailatul Qadar is recommended to multiply prayer, especially the lafadz who taught them.
'4. When adzan
In addition it is recommended to answer the call to prayer with lafazh the same, while also including the call to prayer echoed efficacious time to pray. Shallallahu'alaihi Rasulullah SAW said:
ثنتان لا تردان أو قلما تردان الدعاء عند النداء وعند البأس حين يلحم بعضهم بعضا
"Prayer is not rejected at two times, or at least less likely utterly rejected. That is when the current adzan war, when both sides attacked each other "(Narrated by Abu Dawood, 2540, Ibn Hajar Al Asqalani in Nata-ijul Afkar, 1/369, said:" Hasan Sahih ")
5. In between prayer and iqamah
The time lag between the call and iqamah is also a recommended time to pray, according to the words of the Prophet SAW Shallallahu'alaihi:
الدعاء لا يرد بين الأذان والإقامة
"Prayer in the prayer and iqamah not rejected" (Narrated by al-Tirmidhi, 212, he said: "Hasan Sahih")
Thus it is clear that the recommended practice between prayer and iqamah was praying, not Shalawatan, or read aloud murattal, for example by using a microphone. Besides never Shallallahu'alaihi exemplified by the Prophet SAW, deeds-deeds that may disturb or praying sunnah dhikr. Rasulullah SAW said Shallallahu'alaihi fact,
لا إن كلكم مناج ربه فلا يؤذين بعضكم بعضا ولا يرفع بعضكم على بعض في القراءة أو قال في الصلاة
"You know, you're all being bermunajat to God, so do not interfere with each other. Do you guys raised his voice in reading the Qur'an, 'or he said: "In prayer,'" (Narrated by Abu Dawood no.1332, Ahmad, 430, dishahihkan by Ibn Hajar Al Asqalani in Nata-ijul Afkar, 2/16 ).
In addition, people who Shalawatan or read the Qur'an aloud in this interval of time, has left the practice recommended by the Prophet SAW Shallallahu'alaihi, namely prayer. Though this is a good opportunity to ask God everything he wanted. It lost if he missed it.
6. When he was prostrating in prayer
Shallallahu'alaihi Rasulullah SAW said:
أقرب ما يكون العبد من ربه وهو ساجد. فأكثروا الدعا
"A servant is closest to his Lord is when he is prostrating. Then multiply pray when it "(Narrated by Muslim, 482)
7. As before greeting the obligatory prayer
Shallallahu'alaihi Rasulullah SAW said:
قيل يا رسول الله صلى الله عليه وسلم أي الدعاء أسمع قال جوف الليل الآخر ودبر الصلوات المكتوبات
"Someone asked: O Messenger of Allah, when our prayers are heard by God? He said: "At the end of the night and the end of the obligatory prayer" (Narrated by al-Tirmidhi, 3499)
Ibn Qayyim Al Jauziyyah in Zaadul Ma'ad (1/305) explained that he meant "the end of the obligatory prayers' is before greeting. And there is no history that the Prophet SAW and his companions Shallallahu'alaihi merutinkan pray for something as regards the obligatory prayers. Contemporary jurist, Shaykh Ibn Uthaymeen rahimahullah said: "Is prayer after prayer that is prescribed or not? The answer: not prescribed. Because Allah Ta'ala says:
فإذا قضيتم الصلاة فاذكروا الله
"If you finish praying, berdzikirlah" (Surah An Nisa: 103). God said, 'berdzikirlah', not 'pray'. Then after the prayer is not the time to pray, but before greeting "(Fataawa Ibn 'Uthaymeen, 15/216).
However, it is unfortunate that so many of the Muslims merutinkan pray for something as regards the obligatory prayers that are not prescribed, then it leaves times the prescribed efficacious ie between call and iqamah, when the call to prayer, when prostrating and before greeting.
8. On Friday
Shallallahu'alaihi Rasulullah SAW said,
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ذكر يوم الجمعة, فقال: فيه ساعة, لا يوافقها عبد مسلم, وهو قائم يصلي, يسأل الله تعالى شيئا, إلا أعطاه إياه. وأشار بيده يقللها
"Shallallahu'alaihi Prophet SAW said about Friday then he said: 'In it there is time. If a Muslim prays when it is, it is given what he asked. " Then he signaled with his hand on sebentarnya time "(Narrated by Bukhari 935, Muslim 852 of companions Abu Hurairah Radhiallahu'anhu)
Ibn Hajar Al Asqalani in Fathul Baari when explaining this hadith he mentions 42 scholars think about the time in question. But in general there are 4 strong opinions.
The first opinion, the time since the priests ascend the pulpit to complete the Friday prayers, according to the hadith:
هي ما بين أن يجلس الإمام إلى أن تقضى الصلاة
"Time was when the priest climbed the pulpit until the Friday prayer is finished" (Narrated by Muslim, 853 from Abu Musa Al-Ash'ari friend Radhiallahu'anhu).
This opinion was chosen by Imam Muslim, An Nawawi, al Qurtubi, Ibn al-Arabi and Al-Bayhaqi.
The second opinion, ie after the Asr till sunset. According to the hadith:
يوم الجمعة ثنتا عشرة يريد ساعة لا يوجد مسلم يسأل الله عز وجل شيئا إلا أتاه الله عز وجل فالتمسوها آخر ساعة بعد العصر
"Within 12 hours there was a time Friday, if a Muslim asks Allah Azza Wa anything Jalla will surely be granted. Look for it in the time period after the Asr "(Narrated by Abu Dawood, no.1048 of friends Jabir bin Abdillah Radhiallahu'anhu. Classed as saheeh in Saheeh Abi Al Albani David). This opinion was chosen by At Tirmidhi, and Ibn Qayyim al Jauziyyah. This argument is more famous among the scholars.
The third opinion, ie after the Asr, but the end-the end of the day Friday. This opinion is based on the history of Abi Salamah. Ishaq bin Rahawaih, At Thurthusi, Ibnul Zamlakani corroborate this opinion.
The fourth opinion, which is also corroborated by Ibn Hajar himself, that combines all the existing opinions. Ibn 'Abd al-Barr said: "It is recommended to earnestly pray at two mentioned". Thus, someone will raise the prayer on Friday is not at a certain time only. This opinion was chosen by Imam Ahmad bin Hanbal, Ibn 'Abd al-Barr.
9. When it rained
Rain is Allah Ta'ala. Therefore, it should not be reproached. Some people get annoyed with the rain, but the rain is none other than Allah Ta'ala. Therefore, instead of drowning in annoyance better use the time to pray for rain for what it wants to Allaah:
ثنتان ما تردان: الدعاء عند النداء, و تحت المطر
"Prayer is not rejected at the second time, when the call to prayer rang out and when it was raining" (Reported by Al-Hakim, 2534, dishahihkan Al Albani in Sahih al-Jami ', 3078)
10. Wednesday between Dhuhr and Asr
Sunnah is not known by most Muslims, the granting of the prayer between noon, the prayer and Asr on the day Wednesday. It is narrated by Jabir bin Abdillah Radhiallahu'anhu:
أن النبي صلى الله عليه وسلم دعا في مسجد الفتح ثلاثا يوم الاثنين, ويوم الثلاثاء, ويوم الأربعاء, فاستجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين فعرف البشر في وجهه
قال جابر: فلم ينزل بي أمر مهم غليظ إلا توخيت تلك الساعة فأدعو فيها فأعرف الإجابة
"Prophet of Allaah wasalam prayed at the Al Fath 3 times, ie Monday, Tuesday and Wednesday. On Wednesday, his prayer was granted, ie between the two prayers. This note of excitement in his face. Jabir said: 'It is an important matter that weight on me unless I chose this time to pray, and I have granted my prayer' "
In another narration:
فاستجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين الظهر والعصر
"On Wednesday his prayer was granted, between noon, the prayer and Asr" (Narrated by Ahmad, no. 14,603, Al Haitsami in Majma Az Zawaid, 4/15, said: "All the narrators tsiqah", also Al-Albani in Sahih dishahihkan At Targhib, 1185)
11. When the Day of Arafah
Day of Arafah is the day when the pilgrims perform before staying in Arafah, the 9th of Dhu al-Hijjah. Day is recommended to multiply prayers, both for pilgrims and for all Muslims who are not on pilgrimage. For Shallallahu'alaihi Prophet SAW said:
خير الدعاء دعاء يوم عرفة
"The best prayer is the prayer when the day of Arafah" (Narrated by At Tirmidhi, 3585. Shahihkan Al-Albani in Saheeh At Tirmidhi)
12. When is war
One virtue of going to war in order to strive in the path of Allah is the prayer of those who fight in Allah's way when the war was raging, diijabah by Allah Ta'ala. Evidence for this is the hadith mentioned above:
ثنتان لا تردان أو قلما تردان الدعاء عند النداء وعند البأس حين يلحم بعضهم بعضا
"Prayer is not rejected at two times, or at least less likely utterly rejected. That is when the current adzan war, when both sides attacked each other "(Narrated by Abu Dawood, 2540, Ibn Hajar Al Asqalani in Nata-ijul Afkar, 1/369, said:" Hasan Sahih ")
13. While Drinking Zamzam Water
Shallallahu'alaihi Rasulullah SAW said:
ماء زمزم لما شرب له
"Efficacy of Zam-zam water was fit intentions drinker" (Narrated by Ibn Maajah, 2/1018. Classed as saheeh in Saheeh Al-Albani Ibni Majah, 2502)
No comments:
Post a Comment