Thursday, 15 November 2012

Kisah Bilal Bin Rabbah (the story of Bilal Bin Rabbah)

Bilal bin RabahBILAL BIN RABAH r.a : Bilal dilahirkan di daerah As-Sarah di Kota Mekah sekitar tahun 43 Sebelum Hijrah. Ayahnya bernama Rabah dan ibunya bernama Hamamah. Sebahagian orang memanggilnya dengan nama ibnussauda’ (budak hitam) (ada pendapat yang mengatakan beliau dilahirkan di Habsyah atau kini disebut negara Ethopia). Bilal r.a dibesarkan di Kota Mekah sebagai seorang hamba anak-anak yatim Bani Abdul Dar yang berada di bawah jagaan Umaiyyah bin Khalaf. Setelah Rasulullah s.a.w dibangkitkan menjadi Nabi dengan membawa risalah Islam, Bilal adalah terdiri dari kalangan orang-orang yang paling awal memeluk Islam.
Pengislamannya :

Ketika Mekah diterangi cahaya agama baru dan Rasul yang agung Bilal adalah termasuk orang-orang pertama yang memeluk Islam. Saat Bilal masuk Islam, di bumi ini hanya ada beberapa orang yang telah mendahuluinya memeluk agama baru itu, seperti Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abu Thalib, ‘Ammar bin Yasir bersama ibunya, Sumayyah, Shuhaib ar-Rumi, dan al-Miqdad bin al-Aswad. Bilal merasakan penganiayaan orang-orang musyrik yang lebih berat dari siapa pun. Berbagai macam kekerasan, siksaan, dan kekejaman mendera tubuhnya. Namun ia, sebagaimana kaum muslimin yang lemah lainnya, tetap sabar menghadapi ujian di jalan Allah itu dengan kesabaran yang jarang sanggup ditunjukkan oleh siapa pun.
Beliau menerima Islam melalui sahabatnya yang bernama al Fadl dan dilihat beliau begitu bersungguh-sungguh untuk mendalami ajaran agama Islam sehingga sanggup berulang-alik ke rumah Arqam bin Abi Al-Arqam secara rahsia supaya kegiatannya menerima Islam sebagai sebahagian daripada hidupnya tidak diketahui oleh tuannya.
Namun akhirnya Umaiyah mengetahuinya dan memujuk Bilal agar meninggalkan Islam dan kembali ke ajaran asalnya, tetapi Bilal berkeras untuk mempertahankan Islam sebagai agama dunia dan akhiratnya. Umaiyah pernah berkata,
“Aku berkuasa ke atas tubuh dan jasadmu.” Tetapi Bilal lantas menjawab, “Fikiranku, imanku dan kepercayaanku bukan milikmu.”
Setelah gagal memujuk Bilal, Umaiyah nekad untuk bertindak kejam ke atas Bilal dengan mengikat batu besar di tubuh Bilal yang tidak berpakaian, mengheret ke tengah padang pasir yang panas membakar dan memukul tanpa belas kasihan.
Mereka menghantam punggung telanjang Bilal dengan cambuk, namun Bilal hanya berkata, “Ahad, Ahad … (Allah Maha Esa).” Mereka menindih dada telanjang Bilal dengan batu besar yang panas, Bilal pun hanya berkata, “Ahad, Ahad ….“ Mereka semakin meningkatkan penyiksaannya, namun Bilal tetap mengatakan, “Ahad, Ahad….”
Mereka memaksa Bilal agar memuji Latta dan ‘Uzza, tapi Bilal justru memuji nama Allah dan Rasul-Nya. Mereka terus memaksanya, “Ikutilah yang kami katakan!”
Bilal menjawab, “Lidahku tidak bisa mengatakannya.” Jawaban ini membuat siksaan mereka semakin hebat dan keras.
Suatu ketika, Abu Bakar Rodhiallahu ‘anhu mengajukan penawaran kepada Umayyah bin Khalaf untuk membeli Bilal darinya. Umayyah menaikkan harga berlipat ganda. Ia mengira Abu Bakar tidak akan mau membayarnya. Tapi ternyata, Abu Bakar setuju, walaupun harus mengeluarkan sembilan uqiyah emas2. Setelah selesai urusan jualbeli, Umayyah berkata kepada Abu Bakar, “Sebenarnya, kalau engkau menawar sampai satu uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk menjualnya.”Abu Bakar membalas, “Seandainya engkau memberi tawaran sampai seratus uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk membelinya.”
Ketika Abu Bakar memberi tahu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa ia telah membeli sekaligus menyelamatkan Bilal dari cengkeraman para penyiksanya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Abu Bakar, “Kalau begitu, biarkan aku bersekutu denganmu untuk membayarnya, wahai Abu Bakar.” Saidina Abu Bakar menjawab, “Aku telah memerdekakannya, wahai Rasulullah.”
Ketika di Madinah
Di Madinah, Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam selesai membangun Masjid Nabawi di Madinah dan menetapkan azan, maka Bilal ditunjuk sebagai orang pertama yang mengumandangkan azan (muazin) dalam sejarah Islam. Tahun itu dikenali sebagai Tahun Azan.
Biasanya, setelah mengumandangkan azan, Bilal berdiri di depan pintu rumah Rasulullah s.a.w. seraya berseru, “Hayya ‘alashsholaah hayya ‘alal falah…(Mari melaksanakan shalat, mari meraih keuntungan….)” Lalu, ketika Rasulullah s.a.w. keluar dari rumah dan Bilal melihat beliau, Bilal segera melantunkan iqamat.
Bilal pernah bersama Nabi s.a.w. dalam peperangan Badar. Dia melihat Abu Jahal dan Umayyah bin Khalaf tersungkur ditembus pedang kaum muslimin.
Ketika penaklukkan kota Mekah, beliau berjalan dan memasuki ke Ka’bah, beliau hanya ditemani oleh tiga orang, iaitu Utsman bin Thalhah, pembawa kunci Ka’bah, Usamah bin Zaid, yang dikenal sebagai kekasih Rasulullahs.a.w. Shalat Zhuhur tiba. Rasulullah s.a.w. memanggil Bilal bin Rabah agar naik ke atap Ka’bah untuk mengalunkan azan.
Saat azan yang dikumandangkan Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rosuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”. Juwairiyah binti Abu Jahal bergumam, “Sungguh, Allah telah mengangkat kedudukanmu. Memang, kami tetap akan shalat, tapi demi Allah, kami tidak menyukai orang yang telah membunuh orang-orang yang kami sayangi.” Maksudnya, adalah ayahnya yang tewas dalam Perang Badar.
Sementara al-Harits bin Hisyam berkata, “Sungguh malang nasibku, mengapa aku tidak mati saja sebelum melihat Bilal naik ke atas Ka’bah.”
AI-Hakam bin Abu al-’Ash berkata, “Demi Allah, ini musibah yang sangat besar. Seorang budak bani Jumah bersuara di atas bangunan ini (Ka’bah).”
Bilal menjadi muazin tetap selama Rasulullah s.a.w. hidup. Sesaat setelah Rasulullah s.a.w.mengembuskan nafas terakhir, waktu shalat tiba. Bilal berdiri untuk mengumandangkan azan. Saat Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rosuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”, tiba-tiba suaranya terhenti. Ia tidak sanggup mengangkat suaranya lagi. Kaum muslimin yang hadir di sana tak kuasa menahan tangis.
Setelah kewafatan Rasulullah s.a.w. Bilal hanya sanggup mengumandangkan azan selama tiga hari. Setiap sampai kepada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rosuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”, ia langsung menangis tersedu-sedu. Begitu juga kaum muslimin yang mendengarnya.
Karena itu, Bilal memohon kepada Abu Bakar, agar diperkenankan tidak mengumandangkan azan lagi, karena tidak sanggup melakukannya. Selain itu, Bilal juga meminta izin kepadanya untuk keluar dari kota Madinah dengan alasan berjihad di jalan Allah dan ikut berperang ke wilayah Syam.
Bilal berpindah ke Damsyik
Pada awalnya, Saidina Abu Bakar merasa ragu untuk mengabulkan permohonan Bilal sekaligus mengizinkannya keluar dari kota Madinah, namun Bilal mendesaknya seraya berkata, “Jika dulu engkau membeliku untuk kepentingan dirimu sendiri, maka engkau berhak menahanku, tapi jika engkau telah memerdekakanku karena Allah, maka biarkanlah aku bebas menuju kepada-Nya”. Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, aku benar-benar membelimu untuk Allah, dan aku memerdekakanmu juga karena Allah.” Bilal menyahut, “Kalau begitu, aku tidak akan pernah mengumandangkan azan untuk siapa pun setelah Rasulullah s.a.w. wafat.” Abu Bakar menjawab, “Baiklah, aku mengabulkannya.”
Bilal pergi meninggalkan Madinah bersama pasukan pertama yang dikirim oleh Abu Bakar. Ia tinggal di daerah Darayya yang terletak tidak jauh dari kota Damaskus. Bilal benar-benar tidak mau mengumandangkan azan hingga kedatangan Umar ibnul Khaththab ke wilayah Syam, yang kembali bertemu dengan Bilal r.a. setelah terpisah cukup lama.
Dalam kesempatan pertemuan tersebut, sejumlah sahabat mendesak Bilal agar mau mengumandangkan azan di hadapan Saidina Umar ibnul Khattab. Ketika suara Bilal yang nyaring itu kembali terdengar mengumandangkan azan, Umar tidak sanggup menahan tangisnya, maka iapun menangis tersedu-sedu, yang kemudian diikuti oleh seluruh sahabat yang hadir hingga janggut mereka basah dengan air mata.
Meninggal dunia
Beliau meninggal dunia pada tahun 23 Hijrah di negeri Syam dan dikebumikan di Damsyik. Sepanjang hayatnya beliau diakui sebagai seorang yang patuh dan rajin terhadap tanggungjawabnya, ikhlas, amanah, berani, tabah, dan sanggup menghadapi risiko demi mempertahankan kebenaran. Beliau juga pernah menyertai barisan tentera Islam dalam beberapa peperangan dan dilantik sebagai juruazan oleh Rasulullah dan kerana itulah namanya kini diabadikan kepada setiap juruazan atau bilal.

























Bilal bin Rabah
BILAL bin Rabah ra: Bilal was born in the As-Sarah in the City of Mecca around the year 43 before Hijrah. His father was Rabah and his mother was Hamamah. Settled some people called him by name ibnussauda '(black slave) (there are opinions that say he was born in the state Habsyah or now called Ethiopia). Bilal ra grew up in the city of Mecca as a servant of orphans Bani Abdul Dar who was under surveillance Umaiyyah bin Khalaf. Once the Prophet was raised to the Prophet by bringing the message of Islam, Bilal is made up from among the people of the earliest to embrace Islam.

Pengislamannya

When Mecca lit a new religion and the great Apostle Bilal was among the first people to embrace Islam. When Bilal Islam, on this earth there are only a few people who have embraced the new religion that preceded it, such as Ummul Mu'minin Khadijah bint Khuwailid, Abu Bakr as-Siddiq, Ali ibn Abu Talib, 'Ammar ibn Yasir with her mother, Sumayyah, Suhaib ar-Rumi, and al-Miqdad ibn al-Aswad. Bilal felt the persecution of idolaters are more severe than anyone. Various kinds of violence, torture, and cruelty whack him. But he, like other Muslims are weak, be patient exams in Allah's way with patience can rarely shown by anyone.

He accepted Islam through a best friend named al Fadl and seen him so earnestly to explore the teachings of Islam that could repeatedly shuttled to the home Arqam ibn Abi al-Arqam is Rahsia that accepted Islam as their activities partly than life unknown to his master.

But eventually figure it out and convince Bilal Umaiyah to leave Islam and return to the original teachings, but Bilal insisted on defending Islam as a world religion and the afterlife. Umaiyah once said,

"I have power over the body and thrown." But Bilal then replied, "Fikiranku, my faith and my faith is not yours."

After failing to convince Bilal, Umaiyah desperate to act ruthlessly to the top Bilal by tying a large stone in the body of Bilal were not dressed, dragged into the middle of a hot desert burn and beat mercilessly.

They hit back with a whip naked Bilal, Bilal but simply said, "Sunday, Sunday ... (God Almighty)." They rest on the bare chest with a large stone Bilal hot, Bilal had just said, "Sunday, Sunday ...." They are increasingly increasing torture, but still Bilal said, "Sunday, Sunday ...."

They forced Bilal to praise Latta and 'Uzza, but Bilal actually praise the name of Allah and His Messenger. They continued to force him, "Follow what we say!"

Bilal replied, "My tongue can not tell." This answer made them more intense torment and hard.

One day, Abu Bakr Rodhiallahu 'anhu bid to the Umayyad Bilal ibn Khalaf to buy from him. Umayyad raise prices doubled. He thought that Abu Bakr would not want to pay for it. But it turns out, Abu Bakr agreed, despite having released nine uqiyah emas2. After finishing the jualbeli, Umayyah said to Abu Bakr, "Actually, if you bid up the uqiyah all, then I would not hesitate to sell it." Abu Bakr replied, "If you give to a hundred bids uqiyah all, then I do not would not hesitate to buy it. "

When Abu Bakr told the Messenger of Allaah alaihi wasallam that he had bought and to save Bilal from the clutches of their tormentors, the Messenger of Allaah alaihi wasallam said to Abu Bakr, "Well, let me allied you to pay for it, O Abu Bakr." Saidina Abu Bakr replied, "I have memerdekakannya, Messenger of Allah."

When in Medina

In Medina, When the Messenger of Allaah alaihi wasallam finished building the Prophet's Mosque in Madinah and establish prayer, then Bilal was appointed as the first call to prayer (muezzin) in the history of Islam. Year was recognized as the Year of Azan.

Usually, after the call to prayer, Bilal standing at the door Prophet exclaiming, "Hayya 'alashsholaah Hayya' alal Falah ... (Let's praying, let's make a profit ....)" Then, when the Messenger of Allah Bilal came out and saw him, Bilal sang iqamat immediately.

Bilal was with the Prophet s.a.w. in the battle of Badr. He saw Abu Jahl and Umayyah ibn Khalaf fell sword pierced the Muslims.

When the conquest of Mecca, he walked and entered the Ka'bah, he was only accompanied by three people, namely Uthman ibn Talha, carrier key to the Kaaba, Usamah bin Zaid, who is known as a lover Rasulullahs.aw Noon, the prayer arrived. Prophet s.a.w. Bilal bin Rabah call up to the roof of the Kaaba in order to steady the adhan.

When the call to prayer echoed Bilal came to the sentence, "anna Muhammadan Asyhadu rosuulullaahi (I bear witness that Muhammad is the Messenger of Allah)". Juwairiyah bint Abu Jahl muttered, "Surely Allah has raised your position. Indeed, we will continue to pray, but for the sake of Allah, we are not like the ones that kill the people we care about. "That is, it is his father who was killed in the Battle of Badr.

While al-Harith bin Hisham said, "It's unfortunate fate, why I did not die before seeing the Kaaba Bilal rise to the top."

AI-Hakam ibn Abi al-'Ash said, "By Allah, this is a huge disaster. A slave descendants Jumah voiced over this building (the Ka'bah). "

Muezzin Bilal became regulars for the Messenger of Allah life. Shortly after the Prophet sawmengembuskan last breath, prayer time arrives. Bilal stood up for the call to prayer. When Bilal came to the sentence, "anna Muhammadan Asyhadu rosuulullaahi (I bear witness that Muhammad is the Messenger of Allah)", his voice suddenly stopped. He could not raise his voice again. The Muslims who were present there was crying.

After kewafatan Prophet s.a.w. Bilal could only call to prayer for three days. Each came to the sentence, "anna Muhammadan Asyhadu rosuulullaahi (I bear witness that Muhammad is the Messenger of Allah)", she sobbed. Likewise, Muslims who hear it.

Therefore, Bilal pleaded with Abu Bakr, so call to prayer is not allowed anymore, because it is not up to it. Moreover, Bilal also asked permission to get out of the city of Medina on the grounds jihad in Allah's way and fought to the Sham region.

Bilal moved to Damascus

At first, Abu Bakar Saidina feel free to grant Bilal once let out of the city of Medina, but Bilal urged him, saying, "If you had you bought me for the benefit of yourself, you have the right to arrest me, but if you have free me by God, then let I'm free to Him ". Abu Bakr replied, "By Allah, I actually bought for God, and also because I memerdekakanmu God." Bilal replied, "Well, I would never call to prayer for anyone after the Messenger of Allah died. "Abu Bakr replied," Well, I grant it. "

Bilal left Medina with the first troops sent by Abu Bakr. He lived in the area Darayya located not far from the city of Damascus. Bilal really do not want to call to prayer until the arrival of Umar Ibn al-Khattab to the Sham region, which again met with Bilal ra after a long time apart.

In a chance meeting, a friend urged that Bilal would call to prayer in the presence of Umar Ibn al-Khattab Saidina. When Bilal a loud voice was heard again call to prayer, Umar could not hold back her tears, then she began sobbing, which is then followed by all friends present to their beards wet with tears.

Die

He died in the year 23 AH in the land of Sham and was buried in Damascus. Throughout his life he was recognized as an obedient and diligent towards responsibility, sincere, trustworthy, brave, resilient, and able to face the risks for the sake of maintaining the truth. He also accompanies the line Tentera Islam in several battles and was sworn in as juruazan by the Prophet and his deep that his name is now immortalized for every juruazan or bilal.

No comments:

Post a Comment