Thursday 8 November 2012

Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail (The history of Ismail and Ibrahim Prophet)


Ismail adalah putera dari Ibrahim dengan Istri Siti Hajar, kakak kandung dari Ishaq dari Ibu Siti Sarah. Ia diperkirakan  menjadi nabi pada tahun 1850 SM. Ia tinggal di  Amaliq dan berdakwah untuk Qabilah  Yaman , Mekah. Namanya disebutkan sebanyak 12 kali dalam Al Qur’an.  Ia meninggal pada tahun 1779 SM di Mekkah. Secara tradisional ia dianggap sebagai Bapak Bangsa Arab.
Nabi Ibrahim meninggalkan Mesir.
Nabi Ibrahim  berhijrah meninggalkan Mesir bersama Sarah, isterinya dan Hajar,  di tempat tujuannya di Palestina. Ia telah membawa pindah juga semua hewan ternaknya dan harta miliknya yang telah diperolehnya sebagai hasil usaha dagangnya di Mesir.
Siti Hajar melahirkan Ismail.
Untuk sesuatu hikmah yang belum diketahui dan disadari oleh Nabi Ibrahim; Allah s.w.t. mewahyukan kepadanya agar keinginan dan permintaan Sarah isterinya dipenuhi.  Dan dijauhkanlah Ismail bersama Hajar ibunya  ke suatu tempat di mana yang ia akan tuju dan di mana Ismail puteranya bersama ibunya akan ditempatkan dan kepada siapa akan ditinggalkan.
Maka dengan tawakkal kepada  Allah  berangkatlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah membawa Hajar dan Ismail menaiki unta tanpa tempat tujuan yang tertentu. Ia hanya berserah diri kepada Allah yang akan memberi arah kepada binatang tunggangannya. Dan berjalanlah unta  Nabi Ibrahim dengan tiga hamba Allah yang berada di atas punggungnya keluar kota masuk ke lautan pasir dan padang terbuka di mana terik matahari  dengan pedihnya menyengat tubuh dan angin yang kencang menghamburkan debu-debu pasir.

Ismail dan ibunya, Hajar, ditinggalkan di Makkah

Setelah berminggu-minggu berada dalam perjalanan jauh yang melelahkan, tibalah Nabi Ibrahim bersama Ismail dan ibunya di  Makkah . Di tempat di mana Masjidil Haram sekarang berada, berhentilah unta Nabi Ibrahim mengakhiri perjalanannya dan di situlah ia meninggalkan Hajar bersama puteranya dengan hanya bekal sekedarnya  sedangkan keadaan sekitarnya tiada tumbuh-tumbuhan, tiada air mengalir, yang terlihat hanyalah batu dan pasir kering.
Nabi Ibrahim kembali ke Palestina ke Siti Sarah. Dan dalam waktu -waktu tertentu tetap berkunjung ke Siti Hajar dan Ismail anaknya yang berada di tanah Mekah.
Nabi Ibrahim mendapat perintah Allah untuk menyembelih Ismail putranya.
Sewaktu Nabi Ismail mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim a.s. mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail puteranya. Dan mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara-cara turunnya wahyu Allah, maka perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim. Ia duduk sejurus termenung memikirkan ujian yang maha berat yang ia hadapi. Sebagai seorang ayah yang dikurniai seorang putera yang sejak puluhan tahun diharap-harapkan dan didambakan, seorang putera yang telah mencapai usia di mana jasa-jasanya sudah dapat dimanfaatkan oleh si ayah, seorang putera yang diharapkan menjadi pewarisnya dan penyampung kelangsungan keturunannya, tiba-tiba harus dijadikan qurban dan harus direnggut nyawa oleh tangan si ayah sendiri.
Namun ia sebagai seorang Nabi, pesuruh Allah dan pembawa  agama yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam bertaat kepada Allah, menjalankan segala perintah-Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah di atas cintanya kepada anak, isteri, harta benda dan lain-lain. Ia harus melaksanakan perintah Allah yang diwahyukan melalui mimpinya, apa pun yang akan terjadi sebagai akibat pelaksanaan perintah itu.
Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim, namun sesuai dengan firman Allah yang bermaksud: “Allah lebih mengetahui di mana dan kepada siapa Dia mengamanatkan risalahnya”. Nabi Ibrahim tidak membuang masa lagi, berazam (niat) tetap akan menyembelih Nabi Ismail puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya. Dan berangkatlah serta merta Nabi Ibrahim menuju ke Makkah untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan.
Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sangat taat kepada Allah dan bakti kepada orang tuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata kepada ayahnya:
“Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu, agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya, ketiga tajamkanlah pedangmu dan percepatkanlah perlaksanaan penyembelihan agar meringankan penderitaan dan rasa pedihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaian ku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya.”
Kemudian dipeluknyalah Ismail dan dicium pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata: “Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah”.
Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan dan kaki Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah pedang  tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang pedang  di tangannya, kedua mata nabi Ibrahim yang tergenang air berpindah memandang dari wajah puteranya ke pedang  yang mengkilap tajam di tangannya, seakan-akan pada masa itu hati beliau menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang rasul di satu pihak yang lain. Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, pedang diletakkan pada leher  Nabi Ismail dan penyembelihan di lakukan . Akan tetapi apa daya, pedang  yang sudah demikian tajamnya itu ternyata menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.
Berkatalah ia kepada ayahnya:” Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat wajahku, cobalah telungkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku. “Akan tetapi pedang itu tetap tidak berdaya mengeluarkan setitik darahpun dari daging Ismail walau ia telah ditelangkupkan dan dicoba memotong lehernya dari belakang.
Dalam keadaan bingung dan sedih hati, kerana gagal dalam usahanya menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan firmannya: “Wahai Ibrahim! Engkau telah berhasil melaksanakan mimpimu, demikianlah kami akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikan”.
Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa, Ismail telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor kambing   yang telah tersedia di sampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan pedang yang dipegangnya. Dan inilah asal permulaan sunnah berqurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap  Hari Raya Idul Adha  di seluruh pelosok dunia.

























The history of Ismail and Ibrahim Prophet

Ismail was the son of Abraham by Hagar's wife, brother of Isaac, of Mrs. Siti Sarah. He is expected to be a prophet in the year 1850 BC. He lives in Amaliq and preach to Qabilah Yemen, Mecca. His name was mentioned 12 times in the Qur'an. He died in 1779 BC in Mecca. Traditionally it is considered as the father of the Arab nation.

Prophet Ibrahim left Egypt.

Prophet Abraham emigrated to leave Egypt with Sarah, his wife, and Hagar, in a objectives in Palestine. He has brought a move also all livestock and possessions they have gained as a result of its trading business in Egypt.

Hagar gave birth to Ishmael.

For something as yet unknown wisdom and realized by Ibrahim; Allah swt revealed him to the desire and demand met his wife Sarah. And dijauhkanlah Hajar Ismail with his mother to a place where he will go, and where his son Ishmael and his mother will be placed and who will be left behind.

So with resignation to God departed Abraham left Hagar and Ishmael carrying the camels without a specific destination. He only submits to God that will give direction to the animals mount. And Abraham went a camel with three servants of God who was on his back out of the city into a sea of ​​sand and open fields where the scorching sun with stinging pain of body and strong winds scatter the dust of sand.

Ismail and his mother, Hagar, was left in Makkah
After weeks of being on a long journey tiring, it was with the Prophet Ibrahim Ismail and his mother in Makkah. In a place where the Grand Mosque is now, stop the camel of Prophet Ibrahim to end his journey and that is where he left his son with Hagar with only a modest stock while the surrounding circumstances no plants, no running water, there was only rock and dry sand.

Prophet Ibrahim returned to Palestine to Siti Sarah. And in certain times fixed visited Hagar and Ishmael his son was in the land of Mecca.

Prophet Abraham received God's command to slaughter his son Ismail.

When Prophet Ismail reached the age of adolescence Prophet Ibrahim had a dream that he should slaughter his son Ismail. And the dream of a prophet is one of the ways the revelation of God, then the command received in a dream it must be implemented by the Prophet Ibrahim. He pondered a moment to sit exams that he faced great weight. As a father to a son who dikurniai decades of expected expected and desirable, a son who has reached the age where his services are to be used by the father, a son who is expected to become his heir and offspring survival penyampung, suddenly had to qurban and must be taken life by the hands of his own father.

But he as a prophet, messenger of God and religion carrier should be an example and role model for his followers to be obedient to God, running all his commandments and his love for God puts upon his love for children, wives, property and others. He must carry out the commands of God as revealed through dreams, whatever will happen as a result of the implementation of the order.

It's very tough test faced by the Prophet Ibrahim, but according to the word of God which meant: "Allah knows best where and to whom he mandated his treatise". Prophet Ibrahim not waste anymore time, berazam (intention) will continue to slaughter his son Ishmael as qurban according to the commandment of God that have been received. And Abraham arose immediately headed to Mecca to meet and pass on to his son what God has commanded.

Prophet Ismail as a pious child who was obedient to God and devotion to his parents, when told by his father why he had come this time without hesitation and thinking long said to his father:

"O my father! Deliver it what has been commanded by God to you. You will see me insha-Allah as a patient and obedient to orders. I'm just asking in carrying out God's command, so that the father tied me so tight I could not move much so troublesome father, both in order to undress so as not to be exposed to the blood and cause a reduction pahalaku terharunya mom when saw three tajamkanlah sword and slaughter perlaksanaan percepatkanlah in order to relieve pain and pedihku, the fourth and last Convey my regards to my mother give her my clothes to be penghiburnya in grief and keepsakes and mementos of her son only child. "

Then dipeluknyalah Ismail and kissed on the cheek by the Prophet Abraham and said: "I have a son Bahagialah obedience to God, devotion to parents who willingly submit themselves to perform heart God's command."

When the terrible slaughter has arrived. Diikatlah both hands and feet Ismail, dibaringkanlah it on the floor, and then they took a sharp sword that is already available, and while holding a sword in his hand, his eyes flooded Abraham looked from face to move her son to a shiny sharp sword in his hand, as if at that time his heart into a fight between a father's feelings on the one hand and the duty of the apostles on the one hand to another. In the end by closing his eyes, placed his sword on the neck of Prophet Ismail and slaughtering is done. But what power, the sword is so sharp it turned out to be a dull dileher Prophet Ismail and can not function properly and as expected.

And he said to his father: "O my father! Apparently you do not have the heart to cut my throat because he saw my face, I try and deliver it telungkupkan job without seeing my face. "But the sword still helpless darahpun issued a speck of meat Ismail ditelangkupkan and although he has tried cutting his neck from behind.

In the state of confusion and sad hearts, kerana failed in his attempt to slaughter his son, came to the Prophet Ibrahim revelation with his words: "O Ibrahim! You have successfully carry out your dream, so we will reply to those who do good ".

Then as ransom for life, Ismail had saved it, Allah ordered Prophet Ibrahim to slaughter a goat that has been available in the side and immediately cut the goat's neck by him with a sword in his hand. And this is the origin of the beginning of the sunnah berqurban committed by Muslims on Eid al-Adha by all over the world.

No comments:

Post a Comment