Tuesday 6 November 2012

Kisah Nabi Yunus (the history of Yunus Prophet)


KISAH NABI YUNUS

Beliau adalah Nabi yang mulia yang bemama Yunus bin Mata. Nabi Muhammad saw berkata: "Janganlah kalian membanding-bandingkan aku atas Yunus bin Mata."
Mereka menamakannya Yunus, Dzun Nun, dan Yunan. Beliau adalah seorang Nabi yang mulia yang diutus oleh Allah SWT kepada kaumnya. Beliau menasihati mereka dan membimbing mereka ke jalan kebenaran dan kebaikan; beliau mengingatkan mereka akan kedahsyatan hari kiamat dan menakut-nakuti mereka dengan neraka dan mengiming-imingi mereka dengan surga; beliau memerintahkan mereka dengan kebaikan dan mengajak mereka hanya menyembah kepada Allah SWT.
Nabi Yunus senantiasa menasihati kaumnya namun tidak ada seorang pun yang beriman di antara mereka. Datanglah suatu hari kepada Nabi Yunus di mana beliau merasakan keputusasaan dari kaumnya. Hatinya dipenuhi dengan perasaan marah pada mereka namun mereka tidak beriman. Kemudian beliau keluar dalam keadaan marah dan menetapkan untuk meninggalkan mereka. Allah SWT menceritakan hal itu dalam firman-Nya:
"Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya) maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: 'Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang lalim.'" (QS. al-Anbiya': 87)
Tidak ada seorang pun yang mengetahui gejolak perasaan dalam diri Nabi Yunus selain Allah SWT. Nabi Yunus tampak terpukul dan marah pada kaumnya. Dalam keadaan demikian, beliau meninggalkan kaumnya. Beliau pergi ke tepi laut dan menaiki perahu yang dapat memindahkannya ke tempat yang lain. Allah SWT belum mengeluarkan keputusan-Nya untuk meninggalkan kaumnya atau bersikap putus asa dari kaumnya. Yunus mengira bahwa Allah SWT tidak mungkin menurunkan hukuman kepadanya karena ia meninggalkan kaumnya. Saat itu Nabi Yunus seakan-akan lupa bahwa seorang nabi diperintah hanya untuk berdakwah di jalan Allah SWT. Namun keberhasilan atau tidak keberhasilan dakwah tidak menjadi tanggungjawabnya. Jadi, tugasnya hanya berdakwah di jalan Allah SWT dan menyerahkan sepenuhnya masalah keberhasilan atau ketidakberhasilannya terhadap Allah SWT semata.
Terdapat perahu yang berlabuh di pelabuhan kecil. Saat itu matahari tampak akan tenggelam. Ombak memukul tepi pantai dan memecahkan batu-batuan. Nabi Yunus melihat ikan kecil sedang berusaha untuk melawan ombak namun ia tidak mengetahui apa yang dilakukan. Tiba-tiba datanglah ombak besar yang memukul ikan itu dan menyebabkan ikan itu berbenturan dengan batu. Melihat kejadian ini, Nabi Yunus merasakan kesedihan. Nabi Yunus berkata dalam dirinya: "Seandainya ikan itu bersama ikan yang besar barangkali ia akan selamat. Kemudian Nabi Yunus mengingat-ingat kembali keadaannya dan bagaimana beliau meninggalkan kaumnya. Akhirnya, kemarahan dan kesedihan beliau bertambah.
Nabi Yunus pun menaiki perahu dalam keadaan guncang jiwanya. Beliau tidak mengetahui bahwa beliau lari dari ketentuan Allah SWT menuju ketentuan Allah SWT yang lain; beliau tidak membawa makanan dan juga kantong yang berisi bawaan atau perbekalan, dan tidak ada seorang pun dari teman-temannya yang menemaninya; beliau benar-benar sendirian; beliau melangkahkan kakinya di atas permukaan perahu.
Si nahkoda perahu bertanya kepadanya: "Apa yang engkau inginkan?" Mendengar pertanyaan itu, Nabi Yunus pun bangkit: "Saya ingin untuk bepergian dengan perahu-perahu kalian. Apakah kita berlayar dalam waktu yang lama?" Nabi Yunus menampakkan suara yang penuh kemarahan, rasa takut, dan kegelisahan. Nahkoda itu berkata sambil mengangkat kepalanya: "Kita akan berlayar meskipun air tampak sedang pasang." Nabi Yunus berkata dengan mencoba sabar dan menyembunyikan kegelisahannya: "Tidakkah engkau mendahului agar jangan sampai pasang itu terjadi wahai tuanku?" Si nahkoda berkata: "Laut kita biasanya terkena pasang, maka ia akan segera mereda ketika melihat seorang musafir yang mulia." Yunus bertanya: "Aku akan pergi bersama kalian dan berapa ongkos perjalanan?" Si nahkoda menjawab: "Kami tidak menerima ongkos selain emas." Yunus berkata: "Tidak jadi masalah."
Nahkoda itu memperhatikan Nabi Yunus. Ia adalah seorang yang berpengalaman di mana ia sering mondar-mandir dari satu pelabuhan ke pelabuhan yang lain. Seringnya ia mengunjungi suatu tempat ke tempat yang lain menjadikannya seorang lelaki yang mampu menangkap perasaan manusia. Nahkoda itu merasakan dan mengetahui bahwa Nabi Yunus lari dari sesuatu. Nahkoda itu membayangkan bahwa Nabi Yunus melakukan suatu kesalahan tetapi ia tidak berani untuk mengungkapkan kesalahan kepada pelakunya kecuali jika pelakunya seorang yang bangkrut. Ia meminta kepada Nabi Yunus untuk membayar ongkos sebanyak tiga kali lipat dari vang biasa dibayar musafir. Nabi Yunus saat itu merasakan kesempitan dalam dadanya dan diliputi dengan kemarahan yang keras dan keinginan kuat untuk meninggalkan negerinya sehingga ia pun memberikan apa yang diminta oleh si nahkoda.
Nahkoda itu memperhatikan kepingan-kepingan emas yang ada di tangannya dan ia menggigit sebagaiannya dengan giginya. Barangkali ia akan menemukan potongan emas yang palsu namun ia tidak menemukannya. Nabi Yunus hanya berdiri menyaksikan semua itu sementara dadanya tampak terombang-ambing: terkadang naik dan terkadang turun laksana ayunan. Nabi Yunus berkata: "Tuanku tentukan bagiku kamarku. Aku tampak letih dan ingin istirahat sebentar." Si nahkoda berkata: "Memang itu tampak di raut wajahmu. Itu kamarmu," sambil ia menunjuk dengan tangannya. Kemudian Nabi Yunus membaringkan diri di atas kasur dan beliau berusaha untuk tidur tetapi usahanya itu sia-sia. Adalah gambar ikan kecil yang hancur berbenturan dengan batu menyebabkan beliau tidak dapat tidur dengan tenang. Nabi Yunus merasakan bahwa atap kamar akan jatuh menimpa dirinya. Akhirnya, Nabi Yunus tidur di atas kasurnya di mana kedua bola matanya berputar-putar di atas atap kamar tetapi pandangan-pandangannya yang gelisah itu tidak menemukan tempat perlindungan. Tempat tinggalnya di kamar itu dan atapnya dan sisi-sisinya tampak semuanya akan runtuh. Nabi Yunus pun mulai mengeluh dan berkata: "Demikian juga hatiku yang tergantung dalam jiwaku."
Demikianlah, terjadi suatu pergulatan penderitaan yang hebat dalam diri Nabi Yunus saat ia terbaring di atas ranjangnya. Penderitaan yang keras cukup memberatkannya sehingga beliau pun bangkit kembali dari tempat tidurnya tanpa sebab yang dapat dipahami. Dan tibalah waktu pasang. Perahu melemparkan tali-talinya. Kemudian perahu itu berjalan sepanjang siang dan ia memecah airnya dengan tenang, dan angin pun bertiup padanya dengan sangat lembut dan baik. Lalu kegelapan menyelimuti perahu itu dan tiba-tiba lautan pun berubah. Bertiuplah angin yang cukup kencang yang sangat mengerikan yang nyaris menghancurkan perahu dan bergolaklah ombak yang cukup dahsyat laksana orang yang kehilangan akalnya. Ombak itu meninggi bagaikan gunung dan menurun bagaikan lembah.
Mulailah gelombang ombak menyapu permukaan perahu sehingga para awak perahu itu pun mulai terkena air. Dan di belakang perahu itu terdapat ikan paus yang besar yang mulai mengintai. Ia membuka mulutnya. Kemudian terdapat perintah kepada ikan paus itu untuk bergerak menuju permukaan laut. Ikan paus itu menaati perintah dari Allah SWT dan ia segera menuju permukaan laut. Ia mulai mengikuti perahu itu sebagaimana perintah yang diterimanya. Angin yang keras tetap bertiup kemudian kepala perahu mengisyaratkan dengan tangannya agar beban perahu dikurangi. Dan angin semakin bertiup kencang. Sementara itu, Nabi Yunus merasakan ketakutan. Dalam tidurnya beliau melihat segala sesuatu berguncang di kamarnya. Beliau berusaha berdiri tegak, tetapi tidak mampu. Kemudian kepala perahu berteriak dan berkata: "Sungguh angin kencang bertiup tidak seperti biasanya. Bersama kita seseorang lelaki yang salah sehingga karenanya angin ini bertiup dengan kencang. Kita akan melakukan undian pada semua awak. Barangsiapa yang namanya keluar kami akan membuangnya ke lautan."
Nabi Yunus mengetahui bahwa ini adalah tradisi dari tradisi-tradisi yang biasa dilakukan oleh awak perahu jika mereka menghadapi angin yang keras. Tetapi saat itu beliau terpaksa harus meng-ikutinya. Episode penderitaan Nabi Yunus akan dimulai. Beliau adalah seorang Nabi yang mulia tetapi harus tunduk pada hukum ala berhala yang menganggap bahwa lautan mempunyai tuhan. Dengan kepercayaan itu, mereka meyakini bahwa bertiupnya angin yang kencang akibat murka dari tuhan. Oleh karena itu, harus diadakan upaya untuk menenangkan dan memuaskan tuhan-tuhan yang mereka yakini itu. Nabi Yunus pun terpaksa mengikuti undian itu. Nama beliau dimasukkan bersama dengan nama penumpang lainya, dan dilakukanlah undian. Yang keluar justru namanya. Lalu diadakan undian yang kedua, dan kali ini pun yang keluar nama Nabi Yunus. Akhirnya, diadakan undian yang ketiga. Lagi-lagi yang keluar nama Nabi Yunus. Kemudian ditetapkan bahwa Nabi Yunus harus dibuang ke lautan. Saat itu para awak penumpang memperhatikan Nabi Yunus. Nabi Yunus mengetahui bahwa beliau berbuat kesalahan ketika meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah. Nabi Yunus mengira bahwa Allah SWT tidak akan menurunkan hukuman padanya. Namun ia dianggap salah karena meninggalkan kaumnya tanpa izin-Nya. Allah SWT memberikan pelajaran kepadanya.
Nabi Yunus berdiri di samping perahu dan melihat lautan yang dipenuhi dengan ombak yang mengerikan. Dunia saat itu gelap dan di sana tidak ada cahaya bulan. Bintang-bintang bersembunyi di balik kegelapan. Warna air tampak gelap dan hawa dingin menembus tulang. Alhasil, air menutupi segala sesuatu. Kemudian nahkoda perahu berteriak: "Lompatlah wahai musafir yang misterius." Tiupan angin semakin kencang. Nabi Yunus berusaha menjaga keseimbangannya, dan beliau menampakkan keberaniannya saat ingin terjun ke lautan. Nabi Yunus pun terjun dan berada di permukaan lautan laksana sampang yang mengambang. Ikan paus berada di depannya. Ikan itu mulai tersenyum karena Allah SWT telah mengirim padanya makanan malam. Kemudian ikan itu menangkap Nabi Yunus di tengah-tengah ombak. Kemudian ikan itu kembali ke dasar lautan. Ikan itu kembali dalam keadaaan puas setelah memenuhi perutnya.
Nabi Yunus sangat terkejut ketika mendapati dirinya dalam perut ikan. Ikan itu membawanya ke dasar lautan dan lautan membawanya ke kegelapan malam. Tiga kegelapan: kegelapan di dalam perut ikan, kegelapan di dasar lautan, dan kegelapan malam. Nabi Yunus merasakan bahwa dirinya telah mati. Beliau mencoba menggerakan panca inderanya dan anggota tubuhnya masih bergerak. Kalau begitu, beliau masih hidup. Beliau terpenjara dalam tiga kegelapan.
Yunus mulai menangis dan bertasbih kepada Allah. Beliau mulai melakukan perjalanan menuju Allah saat beliau terpenjara di dalam tiga kegelapan. Hatinya mulai bergerak untuk bertasbih kepada Allah, dan lisannya pun mulai mengikutinya. Beliau mengatakan: "Tiada Tuhan selain Engkau ya Allah. Wahai Yang Maha Suci. Sesungguhnya aku termasuk orang yang menganiaya diri sendiri." (QS. Hud: 87)
Ketika terpenjara di perut ikan, beliau tetap bertasbih kepada Allah SWT. Ikan itu sendiri tampak kelelahan saat harus berenang cukup jauh. Kemudian ikan itu tertidur di dasar lautan. Sementara itu, Nabi Yunus masih bertasbih kepada Allah SWT. Beliau tidak henti-hentinya bertasbih dan tidak henti-hentinya menangis. Beliau tidak makan, tidak minum, dan tidak bergerak. Beliau berpuasa dan berbuka dengan tasbih. Ikan-ikan yang lain dan tumbuh-tumbuhan dan semua makhluk yang hidup di dasar lautan mendengar tasbih Nabi Yunus. Tasbih itu berasal dari perut ikan paus ini. Kemudian semua makhluk-makhluk itu berkumpul di sekitar ikan paus itu dan mereka pun ikut bertasbih kepada Allah SWT. Setiap dari mereka bertasbih dengan caranya dan bahasanya sendiri.
Ikan paus yang memakan Nabi Yunus itu terbangun dan mendengar suara-suara tasbih begitu riuh dan gemuruh. Ia menyaksikan di dasar lautan terjadi suatu perayaan besar yang dihadiri oleh ikan-ikan dan hewan-hewan lainya, bahkan batu-batuan dan pasir semuanya bertasbih kepada Allah SWT dan ia pun tidak ketinggalan ikut serta bersama mereka bertasbih kepada Allah SWT. Dan ia mulai menyadari bahwa ia sedang menelan seorang Nabi. Ikan paus itu merasakan ketakutan tetapi ia berkata dalam dirinya mengapa aku takut? Bukankah Allah SWT yang memerintahkan aku untuk memakannya. Nabi Yunus tetap tinggal di perut ikan selama beberapa waktu yang kita tidak mengetahui batasannya. Selama itu juga beliau selalu memenuhi hatinya dengan bertasbih kepada Allah SWT dan selalu menampakkan penyesalan dan menangis: "Tiada Tuhan selain Engkau ya Allah Yang Maha Suci. Sesungguhnya aku termasuk orang yang menganiaya diri sendiri." Allah SWT melihat ketulusan taubat Nabi Yunus. Allah SWT mendengar tasbihnya di dalam perut ikan. Kemudian Allah SWT menurunkan perintah kepada ikan itu agar mengeluarkan Yunus ke permukaan laut dan membuangnya di suatu pulau yang ditentukan oleh Allah SWT.
Ikan itu pun menaati perintah Ilahi. Tubuh Nabi Yunus merasakan kepanasan di perut ikan. Beliau tampak sakit, lalu matahari bersinar dan menyentuh badannya yang kepanasan itu. Beliau berteriak karena tidak kuatnya menahan rasa sakit namun beliau mampu menahan diri dan kembali bertasbih. Kemudian Allah SWT menumbuhkan pohon Yaqthin, yaitu pohon yang daun-daunnya lebar yang dapat melindungi dari sinar matahari. Dan Allah SWT menyembuhkannya dan mengampuninya. Allah SWT memberitahunya bahwa kalau bukan karena tasbih yang diucapkannya niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan sampai hari kiamat.
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya Yunus beriar-benar salah seorang rasul. (Ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan, kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelan oleh ihan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya ia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. Dan kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. Dan Kami utus dia kepada seratus orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu." (QS. ash-Shaffat: 139-148)
"Dan (ingatlah  kisah) Dzunnun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu mereka menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: 'Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah orang-orang yang lalim.' Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman." (QS. al-Anbiya': 87-88)
Kita sekarang ingin membahas masalah yang menurut ulama disebut sebagai dosa Nabi Yunus. Apakah Nabi Yunus melakukan suatu dosa dalam pengertian yang hakiki, dan apakah para nabi memang berdosa? Jawabannya adalah: Para nabi adalah orang-orang yang maksum tetapi kemaksuman ini tidak berarti bahwa mereka tidak melakukan sesuatu yang menurut Allah SWT itu pantas mendapatkan celaan (hukuman). Jadi masalahnya agak relatif. Menurut orang-orang yang dekat dengan Allah SWT: Kebaikkan orang-orang yang baik dianggap keburukaan bagi al-Muqarrabin (orang-orang yang dekat dengan Allah SWT). Ini memang benar. Sekarang, marilah kita amati kasus Nabi Yunus. Beliau meninggalkan desanya yang banyak dipenuhi oleh orang-orang vang menentang. Seandainya ini dilakukan oleh orang biasa atau oleh orang yang saleh selain Nabi Yunus maka hal itu merupakan suatu kebaikan dan karenanya ia diberi pahala. Sebab, ia berusaha menyelamatkan agamanya dari kaum yang durhaka. Tetapi Nabi Yunus adalah seorang Nabi yang diutus oleh Allah SWT kepada mereka. Seharusnya ia menyampaikan dakwah di jalan Allah SWT dan ia tidak peduli dengan hasil dakwahnya. Tugas beliau hanya sekadar menyampaikan agama. Keluarnya beliau dari desa itu— dalam kacamata para nabi—adalah hal yang mengharuskan datangnya pelajaran dari Allah SWT dan hukuman-Nya padanya.
Allah SWT memberikan suatu pelajaran kepada Yunus dalam hal dakwah di jalan-Nya. Allah SWT mengutusnya hanya untuk berdakwah. Inilah batasan dakwahnya dan beliau tidak perlu peduli dengan kaumnya yang tidak mengikutinya dan karena itu beliau tidak harus menjadi sedih dan marah. Nabi Luth tetap tinggal di kaumnya meskipun selama bertahun-tahun berdakwah beliau tidak mendapati seorang pun beriman. Meskipun demikan, Nabi Luth tidak meninggalkan mereka. Ia tidak lari dari keluarganya dan dari desanya. Beliau tetap berdakwah di jalan Allah SWT sehingga datang perintah Allah SWT melalui para malaikat-Nya yang mengizinkan beliau untuk pergi. Saat itulah beliau pergi. Seandainya beliau pergi sebelumnya niscaya beliau akan mendapatkan siksaan seperti yang diterima oleh Nabi Yunus. Jadi, Nabi Yunus keluar tanpa izin. Lalu perhatikan apa yang terjadi pada kaumnya. Mereka telah beriman setelah keluamya Nabi Yunus. Allah SWT berfirman:
"Dan mengapa tidak ada penduduk suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu yang tertentu." (QS. Yunus: 98)
Demikianlah, desa Nabi Yunus beriman. Seandainya ia tetap tinggal bersama mereka niscaya ia akan mengetahuinya dan hatinya menjadi tenang serta kemarahannya akan menjadi hilang. Tampaknya beliau tergesa-gesa dan tentu sikap tergesa-gesa ini berangkat dari keinginannya agar manusia beriman. Usaha Nabi Yunus untuk meninggalkan mereka adalah sebagai ungkapan kebenciannya kepada mereka atas ketidakimanan mereka. Maka Allah SWT menghukumnya dan mengajarinya bahwa tugas seorang nabi hanya menyampaikan agama. Seorang nabi tidak dibebani urusan keimanan manusia; seorang nabi tidak bertanggung jawab atas pengingkaran manusia; dan seorang nabi tidak dapat memberikan hidayah (petunjuk) kepada mereka. ♦
















STORY OF THE PROPHET YUNUS

He was a noble prophet named Jonah son's. Prophet Muhammad said: "Do not compare me over Yunus bin Eyes."

They named Jonah, Dzun Nun, and Yunan. He was a noble prophet sent by Allah Almighty to his people. He counseled them and guide them to the path of truth and goodness; he reminded them of the magnitude of the Day of Judgment and scare them with hell and lure them to heaven; he commands them with kindness, and invited them to worship only Allah SWT.

The Prophet Jonah always counseled his people but no one has faith in them. Come one day to the Prophet Jonah where he felt the despair of his people. His heart was filled with rage at them, but they do not believe. Then he came out in anger and set to leave them. Allah tells it in his words:

"And (remember) Dzun Nun (Jonah), when he left in anger, and he thought that We would not narrow it down (troubling) then he cried in a very dark: 'That there is no God (worthy of worship) except You. Glory to thee, behold, I am among those who do wrong. '"(Surat al-Anbiya': 87)

No one who knew the excitement in the Prophet Jonah than Allah. The Prophet Jonah looked shocked and angry at his people. In such circumstances, he left his people. He went to the waterfront and boarded a boat to move it to another place. Allah SWT has not issued his decision to leave his family or a desperate act of his kind. Jonah thought that God Almighty could not have lowered the penalty to him because he left his people. When the Prophet Jonah seemed to forget that a prophet instructed only to preach in the way of Allah SWT. But the success or not success is not to be preaching responsibilities. So, the task is only to preach in the way of Allah and submit fully successful or unsuccessful problem to God Almighty alone.

There is a boat docked in a small harbor. The sun appears to be sinking. The waves hit the beach and break rocks. The prophet Jonah saw the little fish is trying to fight the waves, but he did not know what to do. Suddenly there came a big wave that hit the fish and causing it to collide with a rock fish. Seeing this scene, Jonah sadness. Prophet Yunus said in her: "If the fish with large fish he probably would have survived. Later Jonah to recall the situation and how he left his people. Finally, his anger and sadness increased.

The prophet Jonah was shaking up the boat in a state of soul. He did not know that he ran out of provisions towards Allah Allah SWT other provisions; him not to bring food and a bag filled with congenital or supplies, and no one of his friends who accompanied him; him completely alone; he stepped feet above the surface of the boat.

The boat captain asked him: "What do you want?" Hearing the question, Jonah got up: "I want to travel with your boats. Did we sailed in a long time?" The Prophet Jonah's angry voice revealed, fear, and anxiety. Captain said as he lifted his head: "We will sail though the water seemed to be tide." Prophet Yunus said patiently and tried to hide his anxiety: "Do you not precede lest my lord, O pairs that happen?" The captain said: "Our seas are usually affected by tide, it will soon subside when a traveler saw the precious." Jonah said: "I will go with you, and how much the fare?" The captain replied: "We did not receive a fee in addition to gold." Jonah said: "It does not matter."

Captain noticed the Prophet Jonah. He is an experienced person in which he often paced from one port to another port. Often he visited one place to another makes a man who is able to capture human feelings. Master's feel and know that the prophet Jonah running from something. Captain's imagine that Jonah made a mistake but he did not dare to reveal the culprit fault unless the perpetrator of a bankrupt. He asked the prophet Jonah to pay three times the normal vang paid traveler. Prophet Yunus when it felt cramped in his chest and filled with anger loud and strong desire to leave the country so he gives what is asked by the captain.

Captain noticed the gold pieces in his hand and he bit sebagaiannya with his teeth. Perhaps he will find the fake gold pieces, but he did not find it. The prophet Jonah was just standing watching all of that while his chest seemed to oscillate: sometimes up and sometimes down like a swing. The Prophet Jonah said: "My lord set me my room. I look tired and want to rest a bit." The captain said: "Indeed it looks on her face. Was your room," he said, motioning with his hands. Jonah then lay down on his bed and tried to sleep, but his efforts were in vain. Is a small fish that shattered image clashed with stone cause he can not sleep in peace. Prophet Yunus felt that the roof would fall on her room. Finally, Jonah slept on her bed where her eyes circled the room roof but his views were anxious not find refuge. Residence in the room and the roof and the sides seemed everything would collapse. Prophet Jonah began to complain, saying: "Likewise my heart hanging in my soul."

Thus, there is a struggle of great suffering in the Prophet Jonah as he lay on his bed. Suffering harsh enough against him so he got up from his bed again for no reason that can be understood. And it was time pairs. The boat threw the strings. Then the boat was running all day and he broke the calm water, and the wind was blowing him in a very gentle and kind. Then darkness enveloped the boat and the sea suddenly changed. A wind strong enough so terrible that almost destroyed the boat and the waves were pretty powerful bergolaklah like people who have lost their minds. The waves were rising like a mountain and down like a valley.

Begin surface waves swept the boat so the crew began to get wet. And in the back of the boat there is a large whale that started lurking. He opened his mouth. Then there is an order to the whales to move towards the sea surface. The whale obeyed the command of Allah SWT and he rushed to the sea surface. He began to follow the boat as it receives orders. The wind kept blowing harder then head boat signaled with his hand that a boat load is reduced. And the wind blew hard. Meanwhile, Jonah felt fear. In his sleep he saw everything shaking in her room. He tried to stand up, but could not afford. Then the head of the boat shouted and said: "It was a strong wind blowing unusual. Together we are one man's wrong so therefore the wind is blowing with the winds. We are going to draw on all of the crew. Whoever we'll throw his name out into the ocean."

The Prophet Jonah knew that this was a tradition of traditions common to the boat crew if they encounter winds. But then he was forced to follow him. Episode suffering Jonah starts. He was a noble prophet but must be subject to the laws of style idols who believe that the oceans have a god. With that belief, they believe that unleash strong winds caused by the anger of the gods. Therefore, efforts must be made to appease and satisfy the gods they believe it. The prophet Jonah was forced to attend the draw. Put his name along with the name of the other passengers, and he did the lottery. Being out it its name. Then a second lottery was held, and this time it came out the name of the prophet Jonah. Finally, a third lottery was held. Again, the exit name Jonah. Later determined that the prophet Jonah had thrown into the sea. When passengers noticed that the crew of the prophet Jonah. The Prophet Jonah knew that he made a mistake when he left his people in anger. Prophet Yunus thinks that Allah will not decrease her sentence. But he is considered one for leaving his family without his permission. Allah SWT give him lessons.

The Prophet Jonah stood beside the boat and see the ocean filled with waves were terrible. The world was dark and there was no moonlight. The stars are hiding in the shadows. Water color was dark and cold to the bone. As a result, the water covered everything. Then the boat captain shouted: "Jump O mysterious traveler." Wind faster and faster. The prophet Jonah tried to keep his balance, and he showed his courage when I want to jump into the ocean. The Prophet Jonah and plunged in the ocean surface like a floating lacquer. The whale was in front of him. The fish began to smile because God Almighty has sent her evening meal. Then the fish was caught prophet Jonah in the midst of the waves. Then the fish back into the ocean. The fish was returned in the condition is satisfied after meeting her stomach.

The prophet Jonah was very surprised to find himself in the belly of the fish. The fish was brought to the bottom of the oceans and seas brought out into the night. Three darkness: darkness in the belly of the fish, the dark ocean floor, and the darkness of night. Prophet Yunus felt that he was dead. He tried to move the five senses and limbs still moving. If so, he is alive. He was imprisoned in three darkness.

Jonah began to cry and glorify God. He began to travel towards God when he imprisoned the three dark. His heart began to move to glorify God, and his tongue began to follow him. He said: "There is no god but You, O God. Messenger of the Most Holy. Indeed, I am among those who persecute yourself." (Surah Hud: 87)

While imprisoned in the belly of the fish, he still glorify Allah. The fish itself seemed exhausted when I had to swim far enough. Then the fish is asleep on the ocean floor. Meanwhile, Jonah is still glorify Allah. He endlessly glorify and not stop crying. He was not eating, not drinking, and did not move. He was fasting and breaking beads. Other fish and plants and all the creatures that live in the ocean heard Jonah beads. Rosary comes from the belly of this whale. Then all the creatures gathered around the whale and they had come to glorify Allah. Each of them glorify their own way and language.

Whale that ate Jonah woke up and heard the sounds of prayer beads are so boisterous and roaring. He testified at the bottom of the ocean there is a huge celebration attended by fish and other animals, and even rocks and sand all glorify Allah and he did not miss participating with them glorify Allah. And he began to realize that he was swallowing a prophet. The whale was feeling scared but he said to himself why am I afraid? Is not God who told me to eat it. The Prophet Jonah remained in the belly of the fish for some time that we do not know the limits. During that time he also always filled him with a hymn to God and always showed remorse and cried: "There is no god but You, O God the Most Holy. Indeed, I am among those who persecute yourself." Allah SWT sincere repentance of Jonah saw. Allah heard the beads in the belly of the fish. Then Allah commanded the fish was lowered to issue Jonah into the sea and throw it on an island that is determined by Allah SWT.

The fish was also obey the divine command. Body of Jonah in the belly of the fish felt the heat. He looked ill, and the sun was shining and the heat of his body touching it. She screamed because of pain not strong but he was able to hold back and re-hymn. Then Allah SWT Yaqthin grow trees, ie trees whose leaves wide to protect from the sun. And Allah heal and forgive. Allah told him that if not for the rosary he had said he would have remained in the belly of the whale until the Day of Judgement.

Allah says:

"Surely Jonah beriar truly one of the apostles. (Remember) when he ran to the laden ship, then he joined toss and he was among those who lost the lottery. Then he was swallowed by a big ihan in deplorable condition. Then that if only it does not include those who remember Allah much, surely he would have stayed in the belly until the Day of Resurrection. then We cast him into a barren area, while he was ill., and we nurtured for him a tree of this type of pumpkin. And We sent him to a hundred people or more. And they believed, so We gave them to the pleasures of life for a while. " (As-Saffat: 139-148)

"And (remember) Dzunnun (Jonah), when he left in anger, and they think that we are not going to narrow it down (difficult for him), then he cried in a very dark: 'That there is no God (worthy of worship) except You. Glory to thee, verily I am the wrong-doers. ' So we've heard his prayer and saved him from grief. And so We saved those who believe. " (Surat al-Anbiya ': 87-88)

We now want to discuss the issues referred to by scholars as the sins of the prophet Jonah. Is Jonah commit a sin in the true sense, and whether the prophet is innocent? The answer is: The prophets are those infallibility infallible but this does not mean that they do not do something which is Allah deserves censure (punishment). So the problem is rather relative. According to people close to Allah SWT: goodness good people considered keburukaan for al-Muqarrabin (people who are close to Allah SWT). This is true. Now, let us examine the case of the prophet Jonah. He left his village which many filled by people opposed vang. If this is done by ordinary people or by people who are righteous than the Prophet Jonah then it is a good and therefore he is rewarded. Because, he is trying to save the religion of the ungodly. But Jonah was a prophet sent by Allah Almighty to them. He should convey da'wah in the way of Allah and he is not concerned with results preaching. The task he simply convey religion. Discharge him from the village-in the eyes of the prophets are subject requiring come from Allah and His punishment to him.

Allah SWT gave a lesson to Jonah in his preaching on the street. Allah sent him to preach only. This limits his message and he does not need to be concerned with his people who do not follow it and therefore he does not have to be sad and angry. Prophet Lut remained in his family for many years although he did not have to preach one faith. Although that case, the Prophet Lut not leave them. He did not run away from his family and from his village. He was still preaching in the way of Allah so that Allah orders came through his angels who allowed him to go. That's when he left. Should he go before he will undoubtedly get a punishment as it is received by the Prophet Jonah. So, the Prophet Jonah out without permission. Then watch what happens to his people. They have been faithful after the prophet Jonah keluamya. Allah says:

"And why is not there a resident of a city of faith, then faith is beneficial to him than the people of Yunus When they (the people of Jonah's) faith, We removed from them the punishment of humiliation in this life, and we give pleasure to them until a certain time . " (Surah Yunus: 98)

Thus, Nabi Yunus faith. Had he stayed with them he would have to know, and his heart will be calm and his anger will be gone. He seems hasty and slapdash attitude certainly departs from the human desire to be faithful. Jonah attempt to leave them is as an expression of hatred against them for their ketidakimanan. Then Allah punish him and teach him that the task of a prophet just saying religion. A prophet is not burdened with the affairs of human faith; a prophet is not responsible for the denial of man, and a prophet can not provide guidance (guidance) to them. ♦


No comments:

Post a Comment